BANDA ACEH – Proses perdamaian yang sedang terjalin di Aceh dinilai menjadi ujian tersendiri bagi warga Aceh, terutama mantan kombatan GAM. Keadaan Aceh yang serba mudah usai damai juga dinilai justru merusak kekompakan warga di Aceh.
Hal ini disampaikan Nurdin, warga Aceh yang berada di Malaysia, melalui komunikasi via pesan Facebook, Minggu malam, 25 Agustus 2019.
“Kalau di luar Aceh, kita justru kompak. Saling membantu dan melindungi. Ini karena di luar kita merasa senasib dan sepenanggungan. Tapi di Aceh, justru itu sulit diraih. Setelah damai, orang Aceh justru bercerai berai. Makanya sulit untuk menyatukan hati seperti masyarakat Papua,” kata Nurdin kepada atjehwatch.co.
“Di Aceh, semua berlomba-lomba mencari materi. Sesuatu yang muncul sulit diraih saat konflik. Walaupun kadang harus menjatuhkan teman sendiri,” kata pria yang mengaku pernah mengangkat senjata saat Aceh masih berkonflik ini.
Hal yang hampir serupa juga diungkapkan oleh Ali, warga Aceh yang kini merantau ke Samarinda.
“Orang Aceh kompaknya justru saat hijrah keluar. Karena kalau tetap di Aceh, pikiran terasa beku. Apalagi tidak ada lagi istilah tolong menolong,” ujarnya.[]