BANDA ACEH – Ketua DPD RI, AA Lanyalla Mahmud Mattalitti, sempat menyindir persoalan perluasan Kota Banda Aceh serta sikap Pemkab Aceh Besar dalam silaturahmi dengan Aminullah, Jumat 3 Januari 2020.
Lanyalla mengungkapkan persoalan ini dalam bahasa sepakbola. Penjelasan Lanyalla sempat mengundang tawa para undangan yang hadir dalam pertemuan ini.
“Tapi rupanya ada satu gol yang kelihatannya agak sulit ini. Yaitu perluasan wilayah Kota Banda Aceh. Rupanya tetangga sebelah, menerapkan skema pertahanan yang ketat dengan memperkuat pemain belakang. Begitu kira-kira yang saya amati,” kata Lanyalla.
“Dalam hati saya, kenapa Pak Aminullah tidak mendatangkan striker dari luar saja. Ada empat orang striker asal Aceh yang sudah bermain di Liga Senayan. Ada Pak Abdullah Puteh, Pak Fachrul Razi, ada Pak Haji Uma dan Ustadz Fadhil Rahmi.”
Menurutnya, memang luasan Banda Aceh yang hanya 61 sekian kilometer persegi menjadi Ibukota terkecil kedua setelah Kota Yogyakarta yang memiliki luas sekitar 32,5 kilometer persegi. Tentu karakteristik Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Aceh berbeda.
“Jadi memang perlu strategi khusus untuk Banda Aceh agar dari waktu ke waktu semakin layak dan mantapsebagai Ibukota Aceh.”
“Salah satunya yang ingin kami dorong adalah mempercepat apa yang sudah pernah dideklarasikan di era Walikota Ibu Illiza, yaitu; re-posisi Banda Aceh menjadi Islamic Smart City. Tetapi ini tentu tidak mudah. Tidak seperti membalik tangan. Tetapi ini saya pikir sebagai sebuah pilihan yang patut diperjuangkan. Mengapa tdak mudah? Karena tahapan menuju smart city harus dimulai dari smart people. Perilaku warga kota juga harus mendukung,” kata dia.
Sementara fakta di lapangan, kata Lanyalla, persoalan kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan masih menjadi diskusi di ruang publik. Akibatnya, Banda Aceh gagal mempertahankan Piala Adipura periode 2017-2018.
“Padahal dalam satu dekade terakhir, kecuali tahun 2015, Banda Aceh pernah sembilan kali meraih anugerah dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tersebut. Tetapi sulit bukan berarti tidak mungkin.”