BEIJING – Jumlah kematian akibat wabah virus Corona baru, Covid-19, secara global bertambah menjadi 1.371 pada Jumat (14/2/2020). Sedangkan jumlah kasus atau orang yang terinfeksi secara global mencapai 60.420.
Dari data global itu, sebanyak 1.368 kematian terjadi di China. Artinya, hanya tiga korban meninggal di luar wilayah China sejauh ini. Di negara tersebut, jumlah kasus atau orang yang terinfeksi mencapai 59.832.
Data kasus dan kematian di China meningkat drastis setelah setelah pihak berwenang mengubah metode penghitungan mereka. Hal itu memicu kekhawatiran bahwa epidemi itu jauh lebih buruk daripada yang dilaporkan selama ini.
Ketika angka-angka melonjak tajam di China, front baru yang bermasalah dibuka di luar negeri ketika Vietnam menempatkan 10.000 orang di bawah karantina setelah enam kasus COVID-19 ditemukan di sekelompok desa.
Jepang melaporkan kematian pertama orang yang terinfeksi Covid-19. Ini merupakan kematian ketiga di luar daratan China setelah Filipina dan Hong Kong.
Di bawah kritik keras di dalam negeri atas penanganan wabah, Partai Komunis China telah memecat dua pejabat tinggi di provinsi Hubei, wilayah yang jadi pusat penyebaran wabah penyakit tersebut.
Peningkatan angka kematian dan kasus muncul beberapa jam setelah Presiden Xi Jinping mengklaim ada hasil positif dari upaya penanggulangan epidemi tersebut.
Di Hubei dan ibu kotanya, Wuhan, tempat puluhan juta orang terjebak sebagai bagian dari upaya karantina yang belum pernah terjadi sebelumnya, 242 kematian baru dilaporkan pada hari Kamis.
Di Hubei saja, sebanyak 14.840 orang dipastikan terinfeksi Covid-19, dengan kasus baru dan kematian sejauh ini merupakan peningkatan satu hari terbesar sejak wabah muncul pada akhir Desember 2019.
Tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bergerak untuk menenangkan ketakutan, dengan mengatakan angka-angka baru itu tidak mewakili perubahan signifikan dalam lintasan wabah.
“Peningkatan yang Anda semua lihat dalam 24 jam terakhir sebagian besar disebabkan oleh perubahan dalam bagaimana kasus dilaporkan,” kata Michael Ryan, kepala program darurat kesehatan WHO kepada wartawan di Jenewa.
Di luar Hubei, ada 12 kematian lagi tetapi jumlah kasus baru turun untuk hari kesembilan secara berturut-turut, dengan 312 pasien tambahan.
Sementara itu, Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengkritik Beijing yang dianggap tak transparan setelah jumlah kematian dan kasus infeksi Covid-19 di China meningkat tajam.
“Kami pikir ada transparansi yang lebih baik keluar dari China, tetapi tampaknya tidak,” kata Larry Kudlow, direktur Dewan Ekonomi Nasional AS kepada wartawan di Gedung Putih pada hari Kamis.
Kudlow mengatakan AS kecewa bahwa para pakar kesehatan Amerika masih belum diizinkan masuk ke China. Dia mempertanyakan rincian di balik lebih dari 13.000 kasus yang ditambahkan China ke total kasus Covid-19.
“Kami tidak tahu apakah itu ada di China. Kami pikir mereka mengikuti di kantor pusat mereka. Ternyata bukan itu masalahnya,” ujar Kudlow, seperti dikutip Bloomberg. “Mengenai masalah khusus ini, kami cukup kecewa dengan respons China.”