BANDA ACEH-Tim Pemantau Gambut dan Jaringan Masyarakat Gambut Aceh (JMGA) memaparkan hasil penelitian kolaborasi mereka pada dua sesi. Sesi pertama yaitu sesi dengan pihak Pemerintah Aceh dalam hal ini ialah bersama pihak DLHK Aceh.
Kemudian sesi siang harinya bersama CSO (LSM) yang selama ini terlibat dalam kegiatan dan program restorasi gambut di Aceh. “Implementasi Restorasi di Wilayah Non – Prioritas:Aceh”. Makna wilayah non prioritas dalam judul tersebut disebabkan karena Provinsi Aceh tidak termasuk dalam wilayah kerja prioritas Badan Restorasi Gambut (BRG).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui lebih dalam mengenai implementasi kegiatan pemulihan gambut dan korelasinya dengan tingkat titik panas yang ada di Aceh. Tim Pantau Gambut dan Jaringan Masyarakat Gambut Aceh (JMGA) melakukan penelusuran terhadap lima gampong di Aceh antara lain juga tim memantau titik panas yang masih ada di lokasi tersebut saat riset dilakukan.
Salah satu rekomendasi dari riset ini ilah perlu adanya penguatan dukungan bagi wilayah – wilayah yang rawan akan kejadian karhutla agar karhutla di wilayah ini dapat berkurang dan bahkan tidak ada sama sekali. Penguatan dukungan tersebut dapat dilakukan dalam bentuk insentif bagi kelompok MPA (Masyarakat Peduli Api), bantuan perawatan (maintenance) sekat kanal serta program lainnya.
Pada acara presentasi bersama DLHK Aceh, Tim Pantau Gambut yang diwakili oleh Oryz Saputra dan Aqiel Prakoso menyampaikan beberapa hasil temuan di tiga kabupaten wilayah Aceh, yaitu di Aceh Jaya, Aceh Barat dan Nagan Raya.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bermitra dengan masyarakat, dari masyarakat diwakili oleh beberapa anggota JMGA . Turut hadir dalam kegiatan ini Aldo Pradhana selaku Manajer Restorasi Gambut World Resources Institute (WRI) .
DLHK Aceh yang diwakili oleh Sekretaris Dinas DLHK Afrizar, mengatakan bahwa hasil riset ini sangat membantu sebagai masukan bagi pemerintah Aceh untuk perbaikan program restorasi gambut Aceh kedepannya. Aldo Pradhana menyampaikan bahwa meskipun Aceh tidak termasuk wilayah kerja prioritas utama dari Badan Restorasi Gambut (BRG) Indonesia, namun WRI untuk tahun ini mulai masuk ke Aceh untuk bersama – sama membantu perbaikan tata kelola gambut Aceh bekerjasama dengan Jaringan Masyarakat Gambut Aceh (JMGA).
Aldo juga berharap kedepannya kerjasama beberapa pihak ini dapat dikembangkan lagi untuk pelestarian ekosistem gambut Aceh dan perbaikan ekonomi masyarakat di wilayah gambut.
Monalisa Akademisi Fakultas Pertanian Unsyiah yang juga merupakan pembina Jaringan Masyarakat Gambut Aceh memberikan apresiasi terhadap riset kolaboratif ini. Yang mana menurut Monalisa kegiatan ini dapat memberikan peningkatan pengetahuan bagi anggota binaan JMGA, khususnya di lokasi penelitian di tiga kabupaten di wilayah gambut Aceh, yaitu di Aceh Jaya, Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya.
Dia juga berharap agar Pemkab yang ada di beberapa wilayah gambut Aceh dan lebih serius lagi melihat permasalahan Karhutla di wilayah gambut ini dan juga peningkatan kesejahteraan warga. []