REMAJA itu sedikit kurus dari anak seumurannya. Umurnya 18 tahun. Ia memakai baju berwarna kuning. Namanya Ansari, asal Desa Gaseh Sayang, Kecamatan Darul Aman, Kabupaten Aceh Timur.
Ansari baru tiba di Banda Aceh Senin malam. Perjalanan panjang membuatnya sedikit letih.
Desa Gaseh Sayang ke jalan Medan-Banda Aceh membutuhkan waktu tempuh 15 menit. Kemudian perjalanan dari Darul Aman ke Banda Aceh menguras waktu hampir 7 jam lamanya.
“Lon jak dengan kakak dan tim Pak Is. Beuklam pajoh bu bak warong dan eh di rumoh pak Is, mandum geujamu le Pak Iskandar Al-Farlaky,” cerita Ansari.
“Bunoe beugoh baroe berangkat ke Poli Mata disinoe (RSUZA) Banda Aceh,” ujarnya lagi dengan sedikit senyuman. Wajahnya terlihat kaku. Bola matanya memutih. Ia adalah remaja yang sebelumnya sempat viral di media social.
Ansari berasal dari keluarga miskin di pedalaman Aceh Timur. Ia menderita sakit mata sejak berumur dua tahun.
“Awai blah wie (kiri-red). Kemudian blah uneun,” ujarnya.
Naas, saat kondisinya tersebut, ayah Ansari pergi meninggalkan mereka. Kehidupan pas-pasan membuat penyakit yang dideritanya tak pernah mendapat penanganan dari dokter hingga sekarang.
Untung, informasi tentang kondisi Ansari akhirnya sampai di telinga Iskandar Usman Al-Farlaky, anggota DPR Aceh asal Aceh Timur. Iskandar mendatangi kediaman Ansari dan mengajak Ansari berobat ke Banda Aceh.
Dan kini, Ansari tiba di Banda Aceh. Ia didampingi oleh Sakdiah, kakak perempuannya serta Iskandar Usman Al-Farlaky dan tim.
Di RSUZA Banda Aceh, mereka disambut dr. Endang, Wadir Bidang Pelayanan atas arahan dari sang direktur. Wadir kemudian mengarahkan Ansari ke Poli Mata sebagai pasien prioritas serta disambut oleh dr. Cut Putri.
Sayangnya, dari hasil diagnosa dokter spesialis mata di RSUZA, mata Ansari sebelah kiri saraf-sarafnya sudah copot dan tidak bisa diperbaiki kembali karena sudah lama dibiarkan, tidak mendapat penanganan medis. Sementara yang sebelah kanan sarafnya masih terlihat bagus berdasarkan hasil USG mata.
Dokter menyarankan Ansari untuk dirujuk ke RSCM Jakarta, lantaran di RSUZA belum ada bank mata dan peralatan operasi.
“Rujukan ke sana untuk memperoleh antrian donor. Operasinya bisa satu Minggu hingga 6 bulan,” ujar dr. Cut Putri.
Untuk keberangkatan, kata dr. Cut Putri, pembiayaannya ditanggung oleh BPJS untuk pasien serta seorang pendamping. Sementara untuk donor mata membutuhkan biaya sekitar 8 jutaan.
“Kalau seandainya kita sudah miliki alat, operasinya bisa di sini (RSUZA-red), donor bisa dikirim,” ujar dokter itu.
Terkait hal tadi, Iskandar meminta dokter untuk memberi pelayanan terbaik. Ia juga akan bermusyawarah dengan keluarga.
“Penanganan lanjutan Ansari akan kami rujuk ke RSCM Jakarta guna pemeriksaan lanjutan dan daftar antrian di bank mata. Sementara waktu Ansari akan kembali dulu ke kampung, sembari siap kami diberangkatkan ke Jakarta. Dalam 2 hari ini anak muda ini akan kami antar ke Idi Cut sembari mempersiapkan diri untuk rujukan ke ibukota,” kata Iskandar.
“Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, direktur, wadir pelayanan RSUZA, para dokter spesialis, staf di RSUZA, dan para staf saya baik di Aceh Timur dan Banda Aceh,” katanya Al-Farlaky
Sementara Ansari sendiri mengaku sadar dengan keadaannya tersebut. Ia menaruh harapan terakhir di bola mata kanan. Sementara bola mata kiri memang tak lagi bisa diobati.
Ansari terbiasa dalam gelap. Namun suaranya sangat lembut dan nyaman di dengar. Dia berharap melalui perantara politisi muda Partai Aceh, Iskandar Al-Farlaky, ia mendapat secercah harapan dari Allah Swt. Walaupun kemungkinan itu setipis lubang jarum. Namun ia akan mencobanya. []