BANDA ACEH–Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), yang juga Sekretaris Komisi V, Iskandar Usman Al-Farlaky, mengkritik kunjungan Plt Gubernur Nova Iriansyah ke Andaman dan Nicobar, India, beberapa hari lalu. Pasalnya, Plt Gubernur tidak membesuk 25 nelayan Aceh yang ditahan disana.
“Atas nama kemanusiaan dan persaudaraan, sejatinya Plt Gubernur mengunjungi 25 nelayan kita yang ditahan di Andaman/Nicobar. Mereka sudah sangat lama ditahan, keluarga mereka juga tidak bisa berkomunikasi. Mereka rindu melihat pemimpin negerinya yang peduli atas nasib nelayan,” kata Iskandar, Senin (24/2/2020) di Banda Aceh.
Politisi muda Partai Aceh ini turut memperlihatkan foto kopi surat kabar Daily Telegram koran terbitan India terkait kunjungan Plt Gubernur Aceh kesana. “Ini merupakan bukti kunjungan beliau kesana, tapi kenapa tidak ada agenda menjenguk nelayan. Dengan adanya kunjungan, selaku pimpinan daerah, beliau akan tahu bagaimana kondisi dan apa harapan para nelayan,” kritik Al-Farlaky.
Dia menambahkan, nelayan Aceh yang ditahan di Nicobar/Andaman India sebanyak 25 orang, mereka ABK dari KM Athiya 02, KM Selat Malaka, dan KM Mata Rantau.
Kata Iskandar, meski nelayan tersebut belum bisa dibawa pulang, namun kehadiran Plt Gubernur selaku pimpinan daerah yang juga sekaligus Wakil Pemerintah Pusat di Aceh akan mengobati kerinduan nelayan, bahwa pemimpin negeri ini peduli atas nasib nelayan yang kini dihadapkan dengan pengadilan di India.
“Proses untuk bertemu memang harus ada izin dan ikut prosedur otoritas pemerintah disana. Tapi itu semua bisa difasilitasi oleh pihak KBRI New Delhi untuk jadwal pertemuan dengan nelayan yang ditahan di Andaman. Kita berharap demikian, tapi masih sebatas harapan, bahwa Plt Gubernur kita langsung pulang ke Aceh,” ungkap Al-Farlaky.
Saat ini terang dia lagi, total nelayan Aceh yang ditahan 59 orang. 14 orang nelayan tradisional ABK boat KM Rezeki berkapasitas 10 GT asal Idi, Aceh Timur, Aceh, sejak tahun 2017 hilang tanpa jejak. Dugaan boat yang mereka tumpangi tenggelam. Kontak terakhir di perbatasan Indonesia-Thailand. Saat itu hanya ditemukan puing-puing boat dan fiber tampungan ikan milik nelayan tersebut.
“Kini tercatat ada 59 orang nelayan Aceh yang ditahan diluar negeri. Di Thailand sebanyak 33 orang nelayan ABK KM Perkasa Mahera dan KM Voltus, di Nicobar/Andaman India sebanyak 25 orang, mereka ABK dari KM Athiya 02, KM Selat Malaka, dan KM Mata Rantau. Sementara di Kwanthong Myanmar 1 (satu) orang Tekong KM KM Bintang Jasa atas nama Jamaluddin,” ujar Sekretaris Komisi V DPRA ini.