Bandung – Tim dari Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung (ITB) memutakhirkan proyeksi sebaran kasus virus Corona di Indonesia. Memakai data yang berkembang sampai akhir pekan lalu, puncak epidemi bergeser dari proyeksi sebelumnya.
“Berdasar data yang ada saat ini, kami memproyeksikan puncaknya akan bergeser di sekitar bulan April antara pekan kedua hingga ketiga,” kata ketua tim Nuning Nuraini, Sabtu 21 Maret 2020.
Selain itu proyeksi lainnya yaitu epidemi Corona di Indonesia yang dimulai awal Maret 2020 bakal berakhir sekitar Mei akhir hingga awal Juni mendatang.
Adapun akumulasi penderita COVID-19 di Indonesia sampai pekan ketiga Mei bisa mencapai 60.000 orang. Sedangkan angka proyeksi penyebaran COVID-19 harian puncak kurvanya menyentuh angka 2.000 pada masa puncak epidemi antara pekan kedua hingga ketiga April.
Data untuk proyeksi terbaru ini merujuk dari Kementerian Kesehatan yang mencatat jumlah kasus positif Corona di Indonesia sebanyak 369 orang hingga Jumat, 20 Maret 2020. Perubahan data harian yang bersifat dinamis berpengaruh terhadap hasil proyeksi.
“Karena itu proyeksi sangat mungkin untuk berubah dan karena itu pula tim terus memantau perkembangan data di lapangan,” ujar dosen dari Kelompok Keahlian Matematika Industri dan Keuangan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB itu.
Tim peneliti yang terdiri dari Nuning Nuraini, Kamal Khairudin, dan Mochamad Apri, sebelumnya mengkaji kasus penyebaran COVID-19 di Indonesia dengan judul Data dan Simulasi COVID-19 dipandang dari Pendekatan Model Matematika.
Mereka membuat simulasi dan pemodelan sederhana mengenai prediksi penyebaran virus Corona. Model yang digunakan hasil pengembangan dari model logistik Richard’s Curve karya F.J. Richards.
Menurut Nuning, model itu dipakai karena memiliki hasil yang cukup baik dalam menentukan awal, puncak, dan akhir endemi SARS di Hong Kong pada 2003. Tim memilih negara dengan kasus infeksi yang terbanyak seperti Cina, Italia, Iran, Korea Selatan, dan Amerika Serikat sebagai acuan untuk menentukan parameter model.
Dari semula memakai model Korea Selatan, tim peneliti kini beralih asumsi pemodelannya ke kasus Amerika Serikat. “Semula estimasi ke data Korea errornya hanya 8,5, ketika di-update errornya jadi 40-an sementara yang USA 30-an, jadi kita pilih error yang lebih kecil,” jelasnya.
Mereka menghitung laju awal pertumbuhan, asumsi batas atas penderita atau dikenal sebagai carrying capacity, dan efek asimtotik. Parameter yang dibutuhkan diestimasi dengan Least Square Method sehingga menghasilkan Richard’s Curve yang merepresentasikan dinamika penderita.
Sebelumnya pada proyeksi awal atau pertama yang hasilnya menyebar di dunia maya itu, tim berpatokan pada angka kasus awal positif yang dilaporkan berjumlah dua orang sejak 2 Maret yang bertahan hingga 7 Maret 2020. Simulasi dimulai dengan nilai awal 2 orang penderita dan waktu awal simulasi pada 7 Maret 2020.
Berdasarkan hasil pemodelan yang dibangun itu keluar proyeksi kasus COVID-19 yang diprediksi akan mencapai puncaknya pada akhir Maret 2020 dengan jumlah kasus baru harian mencapai 600 kasus. Sementara pandemi diprediksi akan berakhir pertengahan April 2020 berkisar 10-12 April dengan jumlah akumulasi maksimum 8.000 kasus.