Jakarta – Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah menggelontorkan anggaran sebesar Rp 20 miliar untuk Konsorsium Riset dan Inovasi dalam penanganan wabah penyakit virus corona 2019 alias COVID-19 di Indonesia. “Total ini sesuai dengan permintaan dan dialokasikan semua pihak tim Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19,” kata Menristek Bambang Brodjonegoro, Kamis 26 Maret 2020.
Lewat video conference, Bambang menerangkan, anggaran itu diambil dari anggaran belanja rutin khusus perjalanan dinas di kementeriannya. Sedang Konsorsum Riset dan Inovasi Penanganan CIVID-19 terdiri dari lembaga pemerintah non kementerian seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), dan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, serta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan.
Konsorsium itu melibatkan perguruan tinggi yang mencakup Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), IPB University, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), dan Universitas Airlangga. Selain juga industri farmasi mencakup PT Biofarma dan PT SOHO; serta para peneliti diaspora Indonesia di luar negeri untuk bersinergi dalam menghasilkan kajian dan inovasi yang bermanfaat dalam menangani darurat COVID-19.
Bambang melanjutkan, anggaran itu akan fokus pada bidang Penelitian, Pengembangan, Pengkajian dan Penerapan jangka pendek. Dia mencontohkan melakukan review mendalam mengenai bahan makanan yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh dari berbagai bahan dari biodiversiti di Indonesia. “Sudah ada beberapa yang dikaji, salah satunya jambu biji daging merah untuk daya tahan tubuh yang diteliti oleh FKUI dan IPB,” katanya menuturkan.
Wakil Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu menambahkan, fokus jangka pendek lainnya adalah pengujian sampel yang dilakukan Eijkman dan didukung LIPI terhadap Alat Pelindung Diri mulai dari masker hingga pakaian. Juga pembuatan hand sanitizer, sanitizer, dan disinfektan chamber.
“Sehingga mudah-mudahan bisa disediakan bagi masyarakat dalam waktu pendek dengan tetap mementingkan kualitas,” kata Bambang.[]