Berjemur jadi rutinitas baru sebagian besar masyarakat Indonesia saat pandemi COVID-19. Berjemur di pagi hari dapat membuat tubuh mendapatkan asupan vitamin D yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas tubuh. Imunitas tubuh yang mumpuni, yang sangat dibutuhkan untuk melindungi diri menangkal tubuh terinfeksi virus corona SARS-CoV-2, penyebab penyakit COVID-19.
Beredar pemberitaan di masyarakat, bahwa anjuran berjemur yang tepat adalah di pukul 10 pagi dan durasinya dilakukan selama 15 menit. Sebab dianggap di jam 10 pagi inilah paling banyak terdapat sinar UV B. Benarkah demikian?
Dijelaskan oleh dr. Ivony Moesa, Sp.KK, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin sebetulnya sinar UV A dan B itu sudah ada sejak matahari terbit. Namun bedanya, sinar UV A sifatnya konstan, sedangkan sinar UV B tidak konstan, atau dengan kata lain ada kurva intensitas pergerakan naik turun dari waktu ke waktu.
“Matahari itu ada UV A dan B, sebenarnya sudah ada keduanya dari matahari terbit. UV A sepanjang hari konstan besaran sinarnya, misalnya di hitungan satuan lima. Mau jam satu siang sampai matahari terbenam, atau jam berapapun kekuatannya konstan. Sedangkan UV B itu bergerak, mulai dari pagi kurvanya naik,” jelas dokter Ivony saat dihubungi Selasa (31/3/2020) melalui sambungan telefon.
Dokter Ivony menerangkan lebih lanjut, kurva puncak dari sinar UV B itu dimulai naik agak tinggi memang di jam 10 pagi dan puncaknya ada di pukul 12 sampai satu siang.
“Jadi UV B itu mulai dari pagi kurvanya naik, puncaknya di antara mulai dari jam 10 hingga 1 siang. Lalu dari jam 1 ke jam 2 kurvanya agak rata, mulai dari jam 2 agak turun lagi. Kenapa orang-orang ingin rasain pas kurvanya di puncak, ya karena ingin dosis UV B nya bagus, dapat yang positif banyak negatifnya sedikit. Jadi misalnya jam 8 itu kurvanya belum naik, kamu butuh waktu yang lebih lama berjemur. Otomatis dengan waktu yang lebih lama, terpapar sinar UV A juga jadi lebih lama,” imbuhnya.
Untuk menentukan pukul berapa yang tepat untuk berjemur, nyatanya banyak faktor yang harus dilihat. Mulai dari polusi udara, tingkat pigmentasi kulit setiap orang, cuaca, waktu, latitude, altitude, lalu ketinggian bukan hanya dari lokasi tapi juga ketinggian lintangnya, karena Indonesia yang berada di garis khatulistiwa.
“Ini penting juga nih, tergantung pigmentasi kulit tiap orang juga. Rata-rata orang Indonesia kulitnya coklat ada yang kuning kecoklatan juga. Melanin itu yang dibentuk sama kulit, kulit-kulit berwarna itu adalah sunblock alami, jadi tubuh membentuk pigmentasi itu bukan bikin kita jelek tapi sebetulnya buat melindungi. Kulit makin putih, ya hitungannya durasi berjemurnya makin bentar. Saya kalau kasih tahu pasien gitu, kalau kulitnya hitam ya waktunya dua kali dari orang yang kulitnya putih,” terang dokter Ivony.
Saat berjemur, perhatikan juga soal baju yang dikenakan. Sinar UV B bisa masuk ke tubuh yang mengenakan busana dengan serat kain yang renggang. Ditambah soal pemilihan warna, semakin muda warna baju yang dipakai maka semakin mudah pula sinar UV B masuk.
“Bahan baju kan banyak, logika saja sinar UV B itu bisa masuk ke badan dengan makin renggang jalinan benang, serat kain makin renggang ya makin bisa masuk. Makin tipis bahannya makin bisa masuk, warna baju juga makin muda kayak putih. Kalau warna tua, kayak hijau tua, biru tua, hitam, ya lebih sedikit masuknya,” tambahnya.
Jika memilih waktu berjemur tepat di pukul 10 pagi seperti yang banyak diimbau selama ini apakah tindakan ini sudah benar atau malah keliru? Dokter Ivony menjawab, tidak perlu panik karena tindakan ini tidaklah salah kok!
“Enggak apa-apa berjemur di jam 10. Tapi, orang ada bakat melasma (mudah menghitam kulitnya) mukanya ditutupi saja pakai kacamata atau sunblock, yang penting mukanya dilindungi nah badannya saja yang berjemur. Ingin berjemur di luar tapi dia hijaban, ya itu tadi pakai baju serat kainnya yang jarang-jarang, warnanya yang muda,” saran dokter Ivony.
Sedangkan untuk durasi berjemur selama 15 menit, Ivony menyebutkan durasi ini pada dasarnya tidak keliru loh. Tapi dengan catatan, tetap memperhatikan faktor-faktor yang sudah dijelaskan di atas.
“Enggak salah, tapi ya itu seperti yang saya bilang. Bajunya gimana, warna kulitnya apa. Jadi jangan semua orang 15 menit, ya enggak juga. Kamu makin putih ya makin bentar waktunya, dan ingat enggak usah sampai pinkish-pinkish (merona) banget. Jangan sampai kebakar, secukupnya saja lah lima hingga 15 menit. Luas permukaan kulit yang kena makin terbuka (contoh hanya pakai kaus-celana pendek), yang kena punggungnya lima menit saja cukup dengan intensitas yang siang banget itu,” pungkasnya.[]