BANDA ACEH – Sejumlah Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China dilaporkan mendarat di Aceh, Selasa 31 Maret 2020, melalui Bandara Sultan Iskandar Muda.
Keberadaan para TKA asal China ini divideo oleh salah seorang netizen serta kemudian viral di social media Aceh. Warganet di Aceh mengkritik sikap Pemerintah yang dinilai tidak peka terhadap keinginan warga yang meminta bandara SIM ditutup sementara sebagai langkah antisipasi wabah Corona di Aceh.
Anggota DPR Aceh, Tarmizi, saat dikonfirmasi wartawan, membenarkan masuknya TKA asal China ke daerah pemilihannya tersebut.
“Benar. Mereka mendapat penolakan dari warga setempat di Nagan Raya,” kata Tarmizi.
Dikutip dari beberapa sumber, setidaknya ada 7 WNA yang mendarat di Aceh pada Selasa.
Sebanyak tujuh orang tenaga kerja asing (TKA) asal China itu kemudian terpaksa diterbangkan kembali ke Jakarta melalui Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, setelah kedatangannya ditolak warga Desa Langkak, Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, Rabu (31/3) dini hari.
Ada pun inisial para TKA yang ditolak kedatangannya tersebut masing-masing JL, ZW, ZS, W, WH, JG, serta ZWS.
“Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, ketujuh orang WN China ini terpaksa harus meninggalkan Nagan Raya, karena kedatangan mereka ditolak oleh masyarakat setempat,” kata Kapolres Nagan Raya AKBP Risno SIK, Rabu (1/4) siang.
Semua warga asing tersebut diberangkatkan dari PLTU 3-4 Nagan Raya menuju Banda Aceh.
Perjalanan mereka dikawal petugas Imigrasi Meulaboh menggunakan tiga unit kendaraan roda empat, masing-masing Kijang LGX dengan nomor polisi BL 162 EB, Toyota Avanza warna hitam BL 1198 EE, serta Toyota Innova Reborn BK 1610 AAQ.
Kapolres Risno juga menjelaskan berdasarkan hasil pemeriksaan oleh petugas Imigrasi Meulaboh, seluruh warga China tersebut mempunyai dokumen lengkap.
“Berdasarkan hasil pemeriksaan petugas kesehatan Publik Service Centre (PSC) Nagan Raya bahwa seluruh warga China ini dalam keadaan sehat,” kata Kapolres Risno menambahkan.
Tujuh warga asing tersebut terpaksa harus meninggalkan Nagan Raya setelah masyarakat menolak kedatangan mereka di tengah wabah virus corona.[]