Dunia sedang menghadapi dampak besar akibat pandemi covid19, tidak hanya dampak kesehatan tapi juga dampak dari segi ekonomi. Di Indonesia bahkan Menteri sosial melalui data dari berbagai lembaga survei memprediksi angka kemiskinan di Indonesia mencapai 10% hingga 12% imbas dari covid19.
Yang paling terasa adalah masyarakat kelas menengah kebawah, yang berjuang melalui UMKM, buruh harian hingga pekerja serabutan. Mereka benar-benar sulit untuk mendapatkan akses pemasukan di tengah pandemi ini.
Bahkan di beberapa kota besar dan zona merah sudah diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sehingga masyarakat yang ekonomi nya terjepit terasa begitu melarat.
Kondisi ini jelas berdampak untuk kebutuhan primer masyarakat kecil hingga menengah. Karena banyak juga masyarakat yang turun status sosial nya menjadi miskin dampak dari covid19 sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (krisis pangan)
BLT, Sembako
Mengantisipasi krisis pangan tersebut, Pemerintah sudah turun tangan melalui beberapa kementerian seperti Kemensos dan Kemendes PDTT yang memberikan batuan baik Bantuan Langsung Tunai (BLT), PKH dari kemensos yang sudah berlaku sebelum nya. Hingga beberapa bantuan dari platform pemerintah lainnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga pernah menyampaikan terkait penyaluran bantuan langsung tunai sudah di kucurkan sejak April hingga 7 Mei 2020 dengan jumlah nominal Rp63,25miliar. Jumlah BLT tersebut telah disalurkan terhadap 1.214 desa dan mencakup 105.420 keluarga penerima manfaat.
Tentunya angka tersebut belum tercover secara global dari angka masyarakat terdampak yang telah di prediksikan sebelum nya oleh Mensos. Belum lagi kita menyaksikan ke lapangan, terkait penyaluran BLT yang disalurkan secara subjektif oleh sebahagian kepala Desa serta bantuan bantuan Pemerintah lainnya. Sehingga perlu ada alternatif lain untuk ketahanan pangan. Salah satu alternatif adalah Giat Filantropi (Kedermawanan)
Giat Filantropi
Akhir-akhir ini banyak semangat kedermawanan (filantropi) baik individu maupun secara lembaga muncul di atas permukaan di saat dunia sedang di selimut pandemi covid19.
Seperti halnya di Aceh, banyak lembaga filantropi bergerak membuka donasi kemanusian membangun solidaritas untuk membantu sesama di saat kondisi terpuruk seperti ini. Tidak sedikit pula kita dapati platform yang unik dari Lembaga Filantropi tersebut untuk dapat menarik perhatian donatur agar mau berdonasi ke lembaga mereka.
Donasi tersebut sebahagian besar di conversikan menjadi sembako untuk ketahanan pangan masyarakat yang terdampak covid19. Komposisi sembako berisi antara lain seperti beras, minyak, gula, telor hingga kebutuhan primer lainnya.
Giat filantropi tergolong ampuh, apalagi badai pandemi ini berada saat moment Ramadhan, bagi masyarakat muslim yang taat tentunya sudah mengetahui betapa besar pahala kebaikan yang disediakan oleh Allah jika seseorang muslim ringan tangan atau giat berderma di bulan na penuh berkah ini.
Suasana indah juga banyak terlihat di Aceh sebagai kawasan serambi mekkah. Banyak lembaga filantropi yang sudah menyalurkan ketahanan Pangan Keluarga dengan bahasa lain Delivering Happines (mengantar kebahagiaan) melalui donasi yang telah disalurkan sebelum nya oleh donatur.
Dapat kita simpulkan, Giat Filantropi telah menjadi salah satu alternatif ampuh disaat badai covid19 ini. Pemerintah tentu nya belum mampu mengcover secara keseluruhan (Global) penerima bantuan bagi masyarakat terdampak. Dari itu perlu sinergitas antara pemerintah dan lembaga filantropi agar bantuan tepat sasaran serta mengutamakan (skala prioritas). Wallahualam.
Penulis adalah Farhan Zuhri Baihaqi, Ketua Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah Lhokseumawe.