BANDA ACEH – Pengamat politik Aceh, Taufiq A. Rahim, menilai kebijakan Pemerintah Aceh melalui Disperindag Aceh yang menggelar pasar murah di tengah wabah Corona dan banjir, sangat tidak etis serta kurang bijak.
Hal ini disampaikan Taufiq kepada atjehwatch.com, Selasa malam 13 Mei 2020.
“Di tengah musibah pandeni corona virus disease 2019 (Covid-19) dan banjir dimana-mana di dalam Provinsi Aceh, ada usaha baru dan kegiatan yang menguntungkan dilakukan Pemerintah Aceh dengan lebel, membuka pasar murah di 23 kabupaten/kota mulai 13-16 Mei 2020,” ujar Taufiq.
“Semestinya barang kebutuhan pokok ini yaitu beras, minyak goreng, tepung dan telur diberikan kepada masyarakat secara gratis ditengah suasana krisis ekonomi, harga barang naik (inflasi) dan daya beli masyarakat lemah.”
“Pemerintah Aceh melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) bekerjasama dengan Badan Urusan Logistik (Bulog), memasarkannya di pasar murah. Seolah-olah berbaik hati dengan harga murah, sesungguhnya modalnya jika itu anggaran belanja publik dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA), ini bermakna uang modal “dagang/jualan” di pasar murah uang rakyat Aceh,” ujarnya lagi.
Menurutnya, Ide cerdas dan miris serta tidak memiliki rasa “sence of belonging and crisis” di tengah musibah pandemi covid-19 dan banjir hampir setiap daerah.
“Berusaha mencari peluang dan untung, meskipun harga di bawah harga eceran, tetapi seharusnya dibagi kepada rakyat. Konon pula dikatakan saat ini tersedia Rp 1,7 triliun untuk talangan dana menghadapi dampak covid-19, untuk menjaga kondisi stabilitas kehidupan masyarakat, juga berjaga-jaga jangan timbul gejolak ditengah masyarakat yang hidupnya sedang resah dan kesusahan.”
“Demikian juga, barang-barang yang dijual merupakan bahan kebutuhan pokok yang kenaikan tingkat harganya tidak terlalu melambung tinggi atau gila-gilaan, meskipun naik dan susah juga dijangkau. Mengapa tidak bahan pokok seperti gula, cabai (merah, hijau, rawit), bawang (putih, merah, bombay) dan banyak bahan kebutuhan pokok lainnya yang naik melambung tinggi bahkan ada yang di atas 50-100%. Kemudian dijual murah dengan harga standar dan terjangkau sebelum pandemi covid-19 dan musibah banjir selama ini.”
Menurutnya, termasuk “jika mau minyak kenderaan dan mesin” pendukung industri, oetani dan nelayan, kerjasama dengan Pertamina yang saat ini harga minyak dunia turun drastis, dijual murah, yang ditalangi oleh Pemerintah Aceh.
“Ini baru Aceh Hebat. Ini menjadi aneh dan menyayat hati rakyat yang sedang kesusahan, menggunakan modal dari APBA yang semestinya bahan kebutuhan pokok ini dapat dinikmati rakyat, malah “Pemerintah Aceh menjadi Pedagang Aceh”. Prinsip dagang secara teori dan praktik, tetap harus mendapatkan keuntungan (profit). Nah keuntungannya dibawa kemana dan untuk siapa lagi? Sangat memprihatinkan melihat perilaku elite dan Pemerintah Aceh saat ini. Bukannya mencari simpati rakyat, malah mencoba untung-untungan diatas penderitaan dan kesusahan rakyat yang saat ini kemiskinan, pengangguran meningkat, daya beli rendah serta inflasi meningkat,” ujar Taufiq lagi. []