Oleh : Roni Haldi
Penghulu Muda KUA Kec. Susoh Abdya dan Mahasiswa S2 Prodi Hukum Keluarga Pasca sarjana UIN Ar Raniry
Benarkah syaithan diikat dibelenggu? Pertanyaan lumrah banyak mengitari pikiran kita tentunya. Tak salah, disaat Ramadhan tiba ada bunyi sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mengabarkan berita hal perlakuan Allah terhadap syaithan. Keutamaan puasa Ramadhan diantaranya ditandai dibelenggunya syaithan sang penggoda manusia.
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
“Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.”
Begitulah tertera dalam Shahih Bukhari dengan nomor hadits 1899. Pada riwayat yang lain juga pada Shahih Bukhari dengan lafadz yang sedikit berbeda tepatnya nomor hadits 3277 disebutkan :
إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
“Jika masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu rahmat dibukan, pintu-pintu Jahannam ditutup dan setan-setan pun diikat dengan rantai.”
Bagaiman penjelasan para Ulama? Ternyata para Ulama berbeda pendapat dalam memahami hadis ini. Ada yang mengartikan hadis ini secara tekstual, ada pula yang memahaminya secara kontekstual.
Prof. Ali Mustafa Yaqub sebagaimana mengutip perkataan Al-Qadhi Iyadh mengungkapkan, hadits ini bisa dimaknai secara tekstual dengan makna yang sebenarnya. Dibelenggunya setan bertujuan agar orang yang beriman tak digoda dinista. Namun, jika dipahami secara majazi sebagai isyarat akan banyaknya pahala dan ampunan Allah Ta’ala.
Menariknya, Imam Al Qurthuby sebagaimana dikutip Imam Ibnu Hajar Al Asqalani di dalam kitabnya Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari dengan sharihnya memberikan penjelasan : “sumber maksiat tidak hanya setan. Karena hawa nafsu manusia disana punya peran kuat menentukan. Menambah pemaknaan majazi terhadap dibelenggunya setan.
Menambah untuk menguatkan, bahwa setan tak melulu disalahkan oleh manusia. Imam As Sidni dalam Hasyiyah Sunan An Nasa’i jilid 4 hal. 126 mengatakan :
ولا ينافيه وقوع المعاصي، إذ يكفي وجود المعاصي شرارة النفس وخبائثها، ولا يلزم أن تكون كل معصية بواسطة شيطان، وإلا لكان لكل شيطان شيطان ويتسلسل، وأيضاً معلوم أنه ما سبق إبليس شيطان آخر، فمعصيته ما كانت إلا من قبل نفسه، والله تعالى أعلم
Hadis ‘setan dibelenggu’ tidak berarti meniadakan segala bentuk maksiat. Karena bisa saja maksiat itu muncul disebabkan pengaruh jiwa yang buruk dan jahat. Dan timbulnya maksiat, tidak selalu berasal dari setan. Jika semua berasal dari setan, berarti ada setan yang mengganggu setan alias setannya setan, dan seterusnya bersambung. Sementara kita tahu, tidak ada setan yang mendahului maksiat Iblis. Sehingga maksiat Iblis murni dari dirinya.
Ramadhan itu bulan melimpah keutamaan penuh keistimewaan. Salah satunya pengekangan dari pembiaran gejolak godaan setan lewat bisikan dan obsesi nafsu ammarah serta lawwamah berlapis syahwat manusiawi. Begitulah disampaikan oleh Imam Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin.
Sangatlah kurang tepat jika kita selalu berlindung dibalik kesalahan setan di masa lampau terhadap bapak manusia yaitu Nabi Adam alaihi salam. Salah dicap bertali-tali turun turun temurun. Walaupun setan memang nyata bersalah. Mencari lalu menjadikan kesalahan setan alat pembenaran dari kesalahan diri, tentu itu bukan sifat terpuji.
Dalam Kitab Al Hikam Imam Ibnu Athaillah As-Sakandary berpesan :
١١٧ – لاَ يُخاَفُ عليكَ اَنْ تَلْتَبِسَ الطُرُقُ عليكَ وَاِنَّماَ يُخَافُ عليكَ مِنْ غَلبَةِ الهَوَى عليكَ
“Tidak dikuatirkan padamu salah jalan, tetapi yang dikuatirkan atasmu yaitu menangnya hawa nafsu mengalahkan akal dan imanmu”.
Setiap manusia miliki potensi salah menempatkan lagi menggunakan wewenang gelar sebaik-baik penciptaan. Tatkala sombong diri neningkat meninggikan di hati, terkadang sering menisbahkan kesalahan diri kepada makhluk Allah lainnya. Setan terkadang ikut dijadikan kambing hitam korban dari kesalahan diri. Padahal setan terkadang tak ikut andil menjerumus menghinakan potensi baik manusia. Diri manusia sendiri yang menuruti nafsu syahwat yang menggebu memikat.
Bukan salah setan, tapi kesetanan diri yang mendorong menjerumuskan ke jurang keburukan lalu menjadi orang yang merugi.
Ramadhan bertujuan mentarbiyah hati serta nafsu agar menyadari kesalahan dan mampu menguasai potensi kesetanan pada diri sendiri.