BANDA ACEH – Seniman Aceh, Herman RN, meminta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh untuk membuat agenda seminar daring (Saring) setiap Minggu dengan tema yang berbeda. Hal disesuaikan dengan cabang seni/budaya yang 9 standar sebagaimana diutarakan Koentjaraningrat.
“Ditambah dengan tema-teman lain yang kontekstual. Peserta diberi sertifikat, host diambil dari seniman secara bergiliran dan diberi insentif host (moderator) sebagai apresiasi,” ujar Herman RN, kepada atjehwatch.com, Selasa 26 Mei 2020.
“Ini dalam upaya mengisi WFH di masa Pandemi Covid-19.”
Menurutnya, Disbudpar dapat menggelar pameran virtual bagi seni lukis, bergiliran dengan seni ukir, dan cabang seni lainnya.
“Seniman yang menyumbangkan karya untuk pameran diberi insentif. Nanti ada kurator yang diminta membahas karya seni tsb dengan hak narasumber. Ini untuk membantu seniman,” kata Herman yang juga dosen FKIP Unsyiah ini.
Kemudian, kata dia, Disbudpar bisa membuat lomba menulis dalam ranah budaya dan Sastra (teknisnya tinggal diskusi dengan orang sastra apakah cerpen atau cerita rakyat atau sejenisnya-red). Lomba berhadiah tersebut bisa mengusung tema Aceh dan Wabah misalnya, sebagai sumbangsaran dalam bidang kebudayaan.
“Lakukan penjurian dengan melibatkan pakar. Ini bentuk apresiasi Disbudpar utk sastrawan dalam masa Pendemi. Disbudpar juga bisa membuat lomba jurnalistik dalam rangka mendukung pencegahan dini terhadap Covid-19, baik dalam bentuk foto, artikel, maupun video.”
“Disbudpar juga bisa menyesuaikan program-program dinas dengan upaya sosialisasi Covid-19 dengan cara mengundang ahli di bidangnya.”