BANDA ACEH – Pendidikan menjadi sektor utama dan penting dalam pencegahan pengaruh radikalisme di kalangan anak dan remaja, selain tindakan radikalisasi memang selalu berawal dari proses ingin belajar lebih dalam.
Hal itu disampaikan Dr Mukhlisuddin Ilyas pada Bincang Santai (Bisa) secara virtual bertajuk “Ruang Kreatif Medsos Tangkal Radikalisme di Masa Pandemi” yang digelar Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh bekerja sama dengan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Aceh, Kamis 2 Juni 2020 di Kesbangpol Aceh, Kuta Alam, Banda Aceh.
Kata Mukhlis, perkembangan dunia digital sekarang ini, guru harus inten mengikuti perkembangan, karena genarasi 4.1, akselerasi akan semakin tinggi, guru jangan sampai tertinggal dari murid.
“Fungsi guru harus menjadi pencerah, memberi rahmad kepada murid dan santrinya,” lanjut Muklisuddin.
Menurut Mukhlis, bila salah memilih guru juga bisa menjadikan seseorang menjadi radikal, ini terbukti dari beberapa kasus yang mereka teliti bahwa orang menjadi radikal berawal dari proses belajar yang salah memilih guru.
“Guru itu bisa menjadi sumber inspirasi bagi seseorang yang terlibat radikalisme,” tegas Muklisuddin Ilyas.
Mukhlis menyebut untuk memulai belajar yang harus dilakukan adalah memilih guru yang layak dipercaya, guru yang memiliki geologi keilmuan yang sahih, dan guru dengan kemapanan keilmuan yang benar.
“Unsur pendidik itu sangat penting, bila salah bisa menyebabkan murid terjerumus dalam aksi radikal bahkan terorisme.” ujarnya.
Obrolan santai yang dipandu langsung Kepala Bidang Komunikasi FKPT Aceh Wiratmadinata, SH, MH, tampil sebagai pembicara Anggota FKDM Aceh dan Praktisi media Jauhari Ilyas, dan Dosen UIN Ar-Raniri Arif Ramdan, S.Sos. I, MA.
Kegiatan virtual itu juga turut diisi Kepala Kesbangpol Aceh Drs. Mahdi Effendi, Ketua FKPT Aceh Dr. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Akadisi Saifuddin Bantasyam, SH, MH, Soraiya Kamaruzzaman, dan unsur mahasiswa, pengurus FKPT, serta unsur terkait lainnya. [joe]