PELACURAN merupakan salah satu bisnis tertua di dunia. Bisnis esek-esek ini menjamur di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Aceh, sebagai daerah yang dikenal dengan sebutan Syariat Islam.
Berawal dari nomor handphone yang diberikan oleh salah seorang pengusaha muda di Banda Aceh, sekitar sebulan lalu, kontributor atjehwatch.com kemudian mencoba menelusuri sisi lain dari gemerlap malam di Kutaradja.
Menurut pria yang berprofesi sebagai kontraktor tadi, nomor tersebut merupakan milik seorang wanita tengah pria (Waria-red) di Banda Aceh.
Kontributor atjehwatch.com kemudian mengirim pesan ke nomor tadi, dan baru dibalas pada tiga Minggu atau Sabtu malam 11 Juli 2020. Sebut saja namanya Eva.
“Ike cek DP, Facebook dan Instagram dulu. Siapa tahu WH atau polisi.” Balas Eva terkait responnya yang lama.
Eva tak mau langsung mengarah pembicaraan soal berapa banyak PSK yang berada di bawah binaannya. Ia mengaku lebih dulu menguji setiap ‘calon konsumen’ baru yang berkomunikasi dengannya.
“Demi keamanan anak-anak,” ujarnya melalui handphone.
Eva kemudian meminta penulis untuk bertemu dengan seseorang pada Senin sore, 13 Juli 2020. Ia menentukan lokasi dan waktu pertemuan di salah satu cafe di Jalan T Nyak Makam, Kota Banda Aceh.
Pada hari dan jam yang ditentukan, seseorang kembali mengirim WA dengan nomor yang berbeda untuk kepastian pertemuan.
Penulis kemudian mengajak kontraktor muda tadi untuk bertemu dengan orang yang disuruh ‘Eva’. Di lokasi, seorang pria muda yang berusia sekitaran 20-an tahun menyambut kami dengan tatapan wajah sedikit terkejut.
“Si Mbak bilang tadi (datang-red) sendiri,” ujar pria muda tadi. Ia memakai cincin sebagai anting di telinga kanan.
Awalnya, pria muda ini ingin bergerak pergi, tapi penulis berhasil menyakinkannya. Pembicaraan bertiga kemudian berlanjutan.
Pria tadi kemudian memperlihatkan isi grup WA yang di dalamnya ada nomor Eva dan pria muda tadi serta sejumlah nomor dengan profil kembang dan boneka. Ada juga foto wanita berkerudung.
“Kami berhati-hati karena sedang sensitif. Itu foto gowes lagi heboh,” kata dia.
Menurut dia, aktivitas di Aceh memang lebih sulit dibanding dengan daerah tetangga atau ibukota.
“Di masa pandemi, awal 2020, aktivitas memang sepi. Mereka (PSK-red) cari sendiri (pelanggan-red). Tapi tak aman,” ujarnya lagi.
“Kalau mau, dipilih aja. Tarif dan tempatnya saya yang tentukan. Saya jamin tidak akan ditipu,” kata dia.
[Bersambung]