Oleh Abu West
SEJAK kapan partai politik di Indonesia itu ada? Karena secara nasionalisme yang berasaskan pada harapan untuk keadilan sosial yang merata bagi seluruh rakyat kecil karena saat itu belum berdirinya Indonesia yang pasti dalam bingkai Hindia Belanda, dan mengapa di Aceh tidak ada partai saat itu? Sebabnya kita tahu bersama pada masa itu Aceh belum sepenuhnya takluk pada pemerintah hindia belanda karena masih ada perang dan perlawanan Rakyat di Aceh sampai setelah Indonesia merdeka tahun 1947 dan Aceh masih berperang melawan agresi militer belanda di Medan Area.
Belum semua masyarakat mengetahui bahwa sudah merdeka bahkan sampai saat ini masih ada yang bertahan di pegunungan sekelompok masyarakat yang digelar dengan Raja Ubit karena bagi rakyat Aceh yang dikatakan merdeka itu adalah kembali ke masa pemerintahan sendiri, seperti masa kerajaan Aceh karena kalau hanya gubernur yang memimpin sejak Hindia Belanda menaklukan Aceh juga di di pimpin oleh governor bahkan ada yang sangat tersohor gubernur Van Der Harz yang terdapat sukses membantai ribuan rakyat Aceh. Demikian sekilas sejarah pendirian partai politik nasional.
Hal serupa yang terjadi hampir 100 tahun yang lalu terjadi di Aceh yaitu berdirinya partai lokal dengan bermacam azas yang isme dan ikonnya masing-masing. Bagi peneliti sejarah ini tidak aneh karena sudut pandang yang berbeda kita membutuhkan ikon yang berbeda tapi untuk isme yang satu dan tujuan yang sama seperti tujuan pendiri Republik indonesia pada hampir 100 tahun yang lalu.
Sebelum kita membahas Partai lokal Aceh ada baiknya kita bercermin pada sikilas sejarah partai nasional sejak awal pendirian. Adapun partai-partai nasionalisme ini lahir jauh sebelum Indonesia merdeka seperti PNI lahir pada July 4 1927. Begitu juga partai yang berasas Islam seperti Masyumi lahir pada 24 Oktober 1943 (organization) dan berevolusi setelah proklamasi kemerdekaan 7 November 1945 (party).
Sedangkan Pemilu baru dilaksanakan pertama sekali pada 29 April 1955, pada awal-awal tahun 1955 inilah lahir hampir 50 Partai politik mewakili semua golongan, mulai dari golongan nasionalisme, sosialisme, Islam, kristen dan aliran lain sebagai ikon perwakilan masing-masing kepentingan dan golongan demi untuk persatuan dan kesatuan namun hasil pemilu secara real muncUllah dominasi dalam parlemen yaitu lima besar dalam Pemilu ini adalah Partai Nasional Indonesia mendapatkan 57 kursi DPR dan 119 kursi Konstituante (22,3 persen), Masyumi 57 kursi DPR dan 112 kursi Konstituante (20,9 persen), Nahdlatul Ulama 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante (18,4 persen), Partai Komunis Indonesia 39 kursi DPR dan 80 kursi Konstituante (16,4 persen), dan Partai Syarikat Islam Indonesia (2,89 persen).
Sekarang kita coba memahami makna kata antara Ikon Dan Isme dalam pembahasan ini oleh karena itu kita tidak menguraikan histori partai politik dengan detail. Kita bisa melihat Pada kalimat nasionalisme, mari kita mengenal apa itu Isme supaya kita tidak gagal paham terhadap konsep partai politik itu sendiri, karena di level akar rumpun, tidak ada yang abadi bagi seorang caleg dan pengurus partai Untuk bertahan satu periode saja sebagai anggota dan simpatisan partai kecuali yang benar-benar idealis dan ikhlas tidak berharap sesuatu dari partainya merekah yang jadi anggota militer dalam memperjuangkan partai. Namun tidak sedikit akar rumput itu hanya dimanfaatkan pada saat menjelang pemilihan umum saja. Padahal hakikat merebut simpati rakyat jauh sebelum pemilu itu bergulir, seperti kata pakar politik bijak, “maka tanam dulu benih perbaikan baik dalam sosial kemasyarakatan, pengajian, perbaikan ekonomi masyarakat maka saat pemilu tiba kita akan memetik kebaikan hati dan simpati rakyat.“ Inilah konsep politik kebaikan dan perbaikan bukan sekadar Isme saja.
Alangkah baiknya kita bercermin pada Partai politik nasional sebagai pembanding untuk persiapan kemenangan partai politik lokal di Aceh.
Nah, mari kita lihat bagaimana keterkaitan antara Ikon dan Isme, kita melihat salah satu Partai berkuasa yang azasnya bisa meruntuhkan orde baru dan sangat kuat bertahan di Indonesia adalah Nasionalisme dengan ikon soekarno yang pahamnya di Marhaen dan pendukungnya Marhaenisme.
Menurut Syamsuddin Haris, peneliti senior pada Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, menyatakan bahwa seperti periode 1950-an, partai-partai baru yang muncul pada era Reformasi adalah partai-partai dengan warna dan semangat ideologis yang tinggi.
Partai-partai beraliran Islam, nasionalis, sosialis, dan Kristen yang muncul . pada Pemilu 1955, lahir kembali menjelang pemilu 1999 dan 2004.Selain PDI Perjuangan, partai-partai nasionalis lain adalah PNI Front Marhaenis, PNI Supeni, PNI Massa Marhaen 1927, PNI Irawan Sunario, PNI Massa Marhaen, PNI Marhaenisme, Partai Indonesia (Partindo), dan Partai Nasional Benteng Kerakyatan (PNBK). Dari sekian banyak ada yang bertahan bahkan ada yang berguguran bagai daun kering diterpa angin. Terakhir kali 2019 bahkan sukmawati yang notabene adik megawati menggugat kemenangan partai yang sama-sama berhaluan marhaenisme yang mereka dengan Isme yang sama dan Ikon yang sama namun tidak sejalan dalam pemerintahan.
Dari contoh tersebut tidak aneh dalam percaturan politik local pasca Damai Aceh muncul beberapa partai dengan asas yang berbeda mulai dari azas nasionalis, Islam bahkan sosial-demokrasi yang semua asas tersebut diakui oleh undang-undang pemerintah pusat dengan menghormati asas pokok yaitu pancasila dan UUD 45. Walaupun di sisi lain partai local ini memiliki ikon sendiri yaitu pendiri pergerakan GAM dan isme sendiri yaitu keistimewaan dan keacehan yang semua termaktub dalam MOU Helsingki. Sehingga Undang-undang pemerintahan pusat menjadi hijab bagi ikon yang kita munculkan ke public. Bagi Mereka ini menjadi ancaman dalam persatuan dan kesatuan nasional, demikian analisa pakar politik Indonesia di mata internasional bila ikon pergerakan partai lokal dan isme keistimewaan Aceh diakui secara UUPA.
Nah, kita yang berkecimpung dalam partai lokal bisa saja bercermin pada partai semisal PNI dan Masyumi. Bagaimana mereka bisa berkembang pada masa pemerintahan Hindia Belanda sampai Ikon dan Isme bertahan sampai sekarang. Yang perlu kita teladani adalah partai politik indonesia itu lahir jauh sebelum Indonesia merdeka dan jauh sebelum pemilu diadakan di Indonesia. Misalkan PNI lahir sekitar 28 tahun sebelum pemilu pertama diadakan di Indonesia. Nah kita belum sampai 15 tahun sudah mulai apatis dan bergerak. Teruslah semangat menuju Aceh cemerlang di ujung impian. Insya allahu ta’ala.[]
Penulis adalah warga Aceh yang kini menetap di Amerika