Aceh-Bicara kopi arabica gayo tidak terlepas dari pedagang dari arab,Sama seperti Rwanda, Negara yang juga berada di Afrika ini pun memiliki sejarah panjang dalam produksi kopi yang sebagian besar perjalanannya diwarnai oleh pertikaian dan konflik dalam negeri. Namun Ethiopia memiliki sejarah yang jauh lebih panjang dan berliku dari Negara penghasil kopi mana pun di dunia.
Hampir semua referensi sepakat mengatakan bahwa kopi pertama kali ditemukan di Ethiopia oleh bangsa arab, meskipun ada juga beberapa protes yang menyatakan bahwa Coffea arabica sebenarnya muncul pertama kali di bagian selatan Sudan. Karena para gembala Ethiopia adalah manusia pertama yang mengonsumsi kopi—walau saat itu mereka baru mengonsumsi buah atau cherry-nya saja, maka gagasan tentang “Ethiopia sebagai tempat asal kopi” pun semakin kuat.
Konon, kopi pertama kali diekspor dari Ethiopia di tahun 1600an, di saat bersamaan ketika kedai-kedai kopi mulai bermunculan di Yemen dan wilayah Timur Tengah.
Di zaman itu sehingga pada akhirnya perkebunan kopi mulai diusahakan dan dibuka di Yemen, dan Indonesia juga diberbagai negara di dunia.
Nah untuk Aceh sendiri kopi yang sangat diminati oleh pemburu si hitam pekat ini adalah Kopi Arabica Gayo, kopi arabica menurut sejarahnya dibawa langsung oleh pedagang dari arab, kopi ini sekarang sudah sejak lama ditanami oleh warga lokal Gayo, Prov Aceh. Arabica Gayo juga sangat terkenal keseluruh dunia,dan menjadi komoditi andalan di tiga kabupaten antara lain seperti kabupaten Bener Meriah, Takengon dan Pantan Cuaca Gayo Lues. Kopi arabica gayo kini sudah di ekspor ke benua eropa,amerika juga Australia.
Tidak jarang para buyer dari mancanegara mengunjungi langsung dan membeli nya kepada para petani lokal yang ada di tiga kabupaten tersebut,namun disaat pandemi covid-19 merebak hampir keseluruh dunia juga ikut berdampak buruk bagi para petani kopi yang ada di dataran gayo, saat ini semua kegiatan ekspor-impor terhenti akibat mewabahnya virus ini.