BANDA ACEH – Ketua Persatuan Penangkar Benih Tanaman Perkebunan Indonesia (PPBTPI) Cabang Aceh Zakaria menyanyangkan pemerintah Aceh yang manaruh anggaran besar pada benih kelapa Pandan Wangi dibanding bibit kelapa dalam unggul lokal, jenis kelapa Aceh.
“Harusnya pemerintah Aceh mengutamakan benih kelapa dalam unggul lokal, karena peruntukannya untuk minyak dan bumbu masak, dibanding kelapa pandan wangi yang hanya untuk dikonsumsi airnya,” kata Zakaria kepada media di Banda Aceh, Senin (10/8).
Selain itu–kata Zakaria seharusnya pemerintah lebih berpihak kepada kelapa dalam unggul lokal, lantaran perusahaan pembibitannya sertifikasi sudah dikembangkan di Aceh, dibanding pandan wangi yang bergantung pada perusahaan sumatera utara.
“Plt Gubernur Aceh dan tim TAPA harus segera memberi porsi anggaran kepada perusahaan lokal ini, jangan sampai kelapa lokal benar-benar habis dan hilang sehingga Aceh menjadi tergantung daerah lain,” ujar Zakaria.
Zakaria mencontohkan pada tahun 2020 pun sudah terjadi monopoli untuk jenis kelapa Pandan Wangi yang dilakukan oknum di Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh dimana hanya 3 perusahaan yang mendapat dukungan dari perusahaan CV. Bumi Mitra Sumatera Utara, dan 3 perusahaan tersebut diduga milik 1 orang.
“Ini terjadi karena pemerintah Aceh tidak berpihak pada petani lokal,” jelasnya.
Kata Jack, panggilan lain Zakaria, melihat kondisi ini, sebaiknya pada tahun depan, kelapa pandan wangi digantikan dengan Kelapa Dalam unggul lokal, karena untuk perusahaan Kelapa Dalam Unggul Lokal sudah meniliki ijin produksi di Aceh.
“Pemerintah Aceh harus menggantikan kelapa Pandan Wangi asal Medan dengan Kelapa dalam unggul lokal yang ada di Aceh, karena selain bisa menghidupi perusahaan lokal sekaligus untuk pelestarian kelapa Aceh,” demikian Zakaria.[]