Jakarta – Penjualan sepatu Foot Locker Retail Inc, perusahaan asal Amerika Serikat, di mal maupun transaksi online meningkat di tengah pandemi virus corona atau covid-19. Peningkatan terjadi berkat stimulus fiskal dari pemerintah AS kepada masyarakat Negeri Paman Sam.
CEO Foot Locker Richard Johnson menyatakan penjualan di toko-toko perusahaan yang tersebar di sejumlah mal mulai meningkat 18 persen secara tahunan pada kuartal II 2020. Padahal, sejumlah analis memperkirakan penjualan menurun sekitar 20 persen untuk produk yang sama.
Hal ini sejalan dengan kebijakan pelonggaran penguncian wilayah (lockdown) di AS. Kebijakan ini membuat toko bisa beroperasi lagi sejak Juni 2020.
“Penjualan cukup kuat karena permintaan yang terpendam dan pengaruh stimulus fiskal. Meski ini tidak diragukan lagi tetap menantang masa-masa menantang,” ungkap Johnson seperti dikutip dari CNN, Selasa (11/8).
Bahkan, peningkatan penjualan diklaim berhasil memberikan keuntungan bagi perusahaan yang berkantor pusat di New York itu.
CFO Foot Lockers Lauren Peters mengatakan keuntungan didapat dari manajemen biaya operasional yang disiplin, meskipun memberikan promo potongan harga alias diskon kepada pelanggan.
Kendati begitu, Foot Locker belum ingin memberi prospek lebih lanjut mengenai bisnis perusahaan hingga akhir 2020.
Manajemen perusahaan masih mengkaji dampak dari ketidakpastian pandemi virus corona, potensi penjualan di masa tahun pendidikan baru, permintaan tim olahraga, hingga paket stimulus tambahan dari pemerintah.
Stimulus fiskal pemerintah AS juga membuat saham perusahaan naik lebih dari 7 persen. Namun secara akumulasi, saham perusahaan masih terkoreksi sekitar 25 persen sejak awal tahun.
Sementara saham pesaingnya, Nike juga meningkat 4 persen, meski membukukan penurunan penjualan yang cukup besar di tengah pandemi corona. Begitu pula dengan Adidas dan Under Armour.
Sumber: CNNIndonesia