SINGKIL – Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Singkil, Sarbaini atau akrab disapa Teungku Agam Kuala, meminta barisan kombatan GAM di seluruh Aceh untuk tetap menjaga kekompakan serta berjuang untuk merealisasi setiap bitir-butir MoU Helsinki.
“Saya berharap barisan GAM tetap satu komando. Ban sigom Aceh. Jangan biarkan orang lain memprovokasi kita. Karena jika KPA pecah, maka Jakarta akan memandang sebelah mata terhadap Aceh,” kata Sarbaini.
“Dulu kita kuat karena senjata. Kini kekuatan kita ada pada persatuan dan persaudaraan. Tanpa ini, kita hanya masyarakat biasa,” ujar Sarbaini.
Statemen Sarbaini ini, terkait kasus sejumlah mantan kombatan GAM yang rusuh di depan Meuligoe Wali Nanggroe pada 15 Agustus 2020 lalu.
Menurut Sarbaini, menyalahkan Wali Nanggroe dan elit KPA dalam hal bendera Aceh yang tak kunjung berkibar adalah hal yang salah kaprah.
“Kita tahu bahwa yang terjadi saat ini adalah persoalan politik. Kebijakan ada di tingkat pusat. Sedangkan kewenangan Pergub ada di pimpinan eksekutif. Pimpinan eksekutif Aceh saat ini dari Parnas,” kata Sarbaini.
“Maka merongrong Wali dan Mualem soal bendera jelas kesalahan. Harusnya kita kuatkan Mualem dan Wali Nanggroe. Bahwa ada kita di belakang mereka sehingga Jakarta berpikir seribu kali jika ingin mengkhianati Aceh lagi.”
“Namun yang terjadi saat ini, justru kita yang mempermalukan orangtua kita sendiri. Sikap ini justru membuat Jakarta senang dan kian mengulur waktu untuk memperlambat realisasi MoU Helsinki.”
“Sekali lagi. Saya berharap GAM di seluruh Aceh jangan membuka isi perut di depan umum. Bek buka asoe prut di depan umum. Karena itu akan membuat GAM mampu dijengkali. Karena itulah yang diharapkan lawan politik kita saat ini,” ujar Agam Kuala.