ACEH- Dalam berdakwah sangat diperlukan ilmu dan ketauladanan. Dua nilai tersebut seakan semakin tergerus oleh perubahan dan kemajuan zaman yang tak diimbangi oleh kekuatan iman dan kemuliaan akhlak. Perseteruan yang berujung rusaknya persatuan ummat kian tampak terpampang. Perbedaan yang awalnya sederhana lagi lumrah, kemudian berubah menjadi rumit lagi sensitif. Padahal ke semua kelompok dakwah sama-sama mengemban misi ilallah; yaitu mentauhidkan Allah dan memanusiakan manusia.
Ba’da Shubuh sabtu 22 Agustus 2020 bertempat di Mesjid At- Taqwa Blangpidie, Aceh Barat Daya, Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kab. Aceh Barat Daya mengadakan kajian profesi yang dilaksanakan bulanan. Kegiatan ini sekaligus launching Buku terbaru karya Ust. H. Roni Haldi, Lc, salah seorang ASN Kementerian Agama Kab. Aceh Barat Daya yang bertugas sebagai penghulu pada KUA Kec. Susoh.
Buku Bashirah Imaniyah itu adalah buku ke enam yang telah dihasilkan oleh Ustadz Roni; panggilan akrabnya. Setelah sebelumnya beliau menulis Buku lingkaran Pekat Muslihat (2019), Melipat Hasrat Menyimpan Siasat (2019), Semerbak Petuah Ayah (2019), Mahligai Terindah Di Rumah Nan Berkah (2020), Memunguti Cahaya Al-Qadar (2020).
Ustadz Prof. Dr. Abdul Somad,Lc. D.E.S.A. Ph.D pada pengantar buku Bashirah Imaniyah mengatakan, “Perlu terbang dua belas jam untuk mempersatukan jarak di antara mereka. Belum lagi perbedaan watak suku, bahasa, dan adat istiadat. Tapi, Ustadz Roni Haldi Alimi—adik kelas saya di Al-Azhar Mesir—mampu membuat mereka seolah-olah dua orang sahabat dekat: Ustadz Hasan al-Banna dan Buya Hamka.
Ada beberapa titik temu antara mereka berdua: Sama-sama terlahir dan besar saat penjajahan negeri-negeri Islam di bawah kolonial Barat. Ustadz Hasan al-Banna lahir tahun 1906, dan Buya Hamka lahir tahun 1908.
Sama-sama memiliki semangat perjuangan Islam, tanpa melupakan nasionalisme. Kata “religius-nasionalis” tepat untuk mereka berdua. Sama-sama memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam bingkai modernisme.
Ustadz Hasan al-Banna dengan Ikhwanul-Muslimin-nya, sedangkan Buya Hamka dengan ormas Muhammadiyah dan Partai Masyumi. Sama-sama merasakan pahit getirnya perjuangan. Buya Hamka mendekam di penjara rezim Orde Lama. Sedangkan Ustadz Hasan al-Banna sampai gugur sebagai syahid. Ustadz Roni Haldi Alimi mampu meramunya menjadi sebuah kisah menarik.
Ternyata beliau tidak hanya menulis, tapi
semangat perjuangan Ustadz Hasan al-Banna dan keindahan sastra Buya Hamka bersemayam pula dalam dirinya.”
Semoga hadirnya buku Bashirah Imaniyah ini dapat menjadi referensi dan renungan keteladanan bagi kita semua dalam berdakwah dan menjaga ukhuwah dengan sesama kita.