Jakarta – Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) menggunakan robot ‘anjing’ berkaki empat untuk pertahanan perimeter di Pangkalan Angkatan Udara Nellis. Robot yang dibuat oleh Ghost Robotics dimaksudkan untuk menjadi bagian dari tes Advanced Battle Management System (ABMS) yang berlangsung awal tahun ini.
ABMS adalah sistem jaringan pertempuran digital yang dirancang untuk mengumpulkan, memproses, dan berbagi data di antara pasukan AS dan sekutu secara real-time.
ABMS telah menjalani beberapa tes, termasuk latihan tembakan langsung awal tahun ini yang dilakukan dengan data dan komunikasi yang disediakan oleh satelit SpaceX Starlink.
Melansir The Drive, robot ‘anjing’ buatan Ghost Robotics dikenal sebagai Vision 60 atau Quadrupedal Unmanned Ground Vehicle (Q-UGV). Vision 60 dirancang untuk tugas-tugas seperti inspeksi jarak jauh, misi Intelijen, pengawasan, pengintaian, pemetaan, komunikasi terdistribusi, dan keamanan persisten.
Tidak begitu banyak detil tentang teknologi yang diuji pada robot Vision 60 yang digunakan selama latihan ABMS. Namun, sebuah gambar menunjukkan berbagai konfigurasi yang tersemat pada Vision 60, misalnya sepasang antena di punggungnya, sejumlah sensor atau peralatan komunikasi di bagian kepala.
Ghost Robotics mengklaim Q-UGV dapat menjalankan berbagai misi. Ghost Robotics menyebut pihaknya mengurangi kompleksitas mekanis, serta meningkatkan daya tahan, kelincahan, dan mengurangi biaya untuk operasional dan pemeliharaan.
Robot berkaki bukan hal baru bagi militer AS, Namun, Vision 60 yang berukuran lebih kecil dan sangat modular dinilai lebih unggul dari robot sebelumnya.
Melansir Futurism, robot anjing berkaki empat hanyalah sebagian kecil dari ABMS Angkatan Udara AS. Angkatan Udara AS mendapat US$3,3 miliar atau Rp48,9 triliun (kurs Rp14.832) selama lima tahun untuk mengembangkan sistem manajemen pertempuran.
“Peperangan modern menuntut data dan informasi. Musuh potensial berinvestasi besar-besaran di bidang ini, dan kita harus mengeksploitasi pendekatan baru,” kata Kepala Operasi Luar Angkasa John Raymond.