BANDA ACEH – Penilaian bahwa Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah telah mempermalukan rakyat lewat program stiker BBM disebut terlalu jauh, dan tidak sabar mengkaji duduk perkara secara mendalam.
“Paska diberlakukan Stiker BBM Aceh justru di nasional bangkit lagi wacana penghapusan BBM beroktan rendah,” kata Risman Rachman, pengamat sosial Aceh, Jumat 25 September 2020.
Diuraikan oleh Risman Rachman, wacana penghapusan BBM beroktan dibawah 92 paska Stiker BBM Aceh kembali mempertimbangkan faktor lingkungan hidup.
“Itu artinya, pengelola BBM di nasional makin sadar bahwa dengan terus menyediakan BBM beroktan rendah, seperti bensin RON 88, Pertalile RON 90, termasuk Pertamax RON 92, telah menempatkan rakyat sebagai perusak lingkungan hidup di negerinya sendiri,” tambah Risman.
Diingatkan oleh Risman, Menteri Negara Lingkungan Hidup pada 2003 melalui keputusan 141 tentang ambang batas emisi gas buang telah mewajibkan semua kendaraan bermotor harus memakai teknologi yang agak ramah lingkungan dengan standar emisi Euro 2, yang kemudian ditingkatkan menjadi Euro 4 pada 2017 dengan di mana bensin minimum harus RON 91.
“Aturan ini mewajibkan, baik kendaraan roda empat dari jenis pengangkut penumpang hingga barang maupun truk gandengan harus mematuhi standar terbaru tersebut, sejak September 2018 (untuk bermesin bensin) dan 2021 (mesin diesel), jadi sudah tepat jika wacana penghapusan BBM beroktan rendah dijadikan keputusan,” kata Risman lagi.
Risman Rachman juga menilai ada hal yang lebih substansi lagi efek yang dimunculkan oleh Siker BBM Aceh, yaitu kesadaran maqashid syariah dalam hal perlindungan harta.
“Selama ini, rakyat didorong untuk menjadi perusak terhadap harta milik mereka sendiri dengan memakai bbm beroktan rendah, padahal setiap mobil sudah diberi petunjuk pemakaian BBM yang tepat, jadi bukan soal berhemat, tapi soal kewajiban melindungi harta agar dapat digunakan lebih maksimal lagi,” kata Risman.
Dengan begitu, tambah Risman, Stiker BBM Aceh juga sekaligus menjadi martir untuk mengakhiri konflik sindir menyindir rakyat pemilik kendaraan biasa dengan rakyat pemilik kendaraan mewah.
“Selama ini, rakyat menyindir rakyat. Jika BBM beroktan rendah dihapus segera paska Stiker BBM Aceh maka rakyat akan terbebas dari konflik sindir menyindir di area POM Bensin.”
Risman mengingatkan agar perang politik jelang Pilkada 2022 tidak sampai merendahkan kualitas pencermatan sehingga lebih mengedepankan politik teumeunak. “Tidak bagus dampaknya bagi Aceh, apalagi jika politik teumeunak itu dilakonkan oleh politisi dari partai berbasis agama,” tutup Risman.[]