Jakarta – Dua demonstran tewas dalam sebuah unjuk rasa pada Sabtu, 19 Februari 2021, di Mandalay kota terbesar kedua di Myanmar.
“Sekitar 20 orang luka-luka dan dua orang tewas,” kata Ko Aung, Ketua Relawan Parahita Darhi untuk layanan gawat darurat di Mandalay.
Kubu oposisi di Myanmar masih melakukan unjuk rasa di beberapa kota, termasuk kelompok etnis minoritas, seniman dan pegawai bidang transportasi ikut turun ke jalan. Mereka menuntut berakhirnya pemerintahan militer dan pemimpin de factor Myanmar Aung San Suu Kyi dibebaskan.
Dalam unjuk rasa di Kota Mandalay, Beberapa demonstran menembakkan ketapel ke aparat kepolisian, yang kemudian dibalas dengan tembakan gas air mata dan tembakan. Hanya saja, tidak jelas apakah aparat menggunakan peluru tajam atau peluru karet.
Seorang demonstran laki-laki tewas akibat luka dibagian kepala. Hal ini dikonfirmasi oleh Lin Khaing, asisten editor dari media Voice of Myanmar dan sebuah layanan gawat darurat Mandalay.
“Satu demonstran tertembak dibagian kepala. Dia tewas ditempat. Satu orang lainnya, meninggal kemudian akibat luka dari peluru karet yang ditembakkan ke bagian dadanya,” kata seorang dokter relawan.
Kepolisian Myanmar belum mau berkomentar mengenai hal ini.
Gelombang unjuk rasa di Myanmar masih belum memperlihatkan akan segera mereda. Aksi protes itu untuk melawan kudeta militer yang menggulingkan pemerintahan Suu Kyi. Demonstran sekarang pesimis militer Myanmar akan memegang janji mereka untuk menyelenggarakan pemilu dan menyerahkan kekuasaan pada pemenang pemilu.