WANITA muda itu berkulit sawo matang. Jilbab hitam menutup dari kepala hingga dada.
Ada bayi dalam gendongan yang sedang terlelap tidur. Sang bayi digendongnya dari ruang kelas yang satu ke ruang kelas lainnya.
Sementara di depan wanita tadi, beberapa bocah berseragam terlihat sibuk mencatat dengan kepala sesekali menoleh ke jendela.
Kening sang wanita sedikit berkerut saat melihat beberapa pria memasuki halaman Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lampuyang, Rabu pagi 3 Maret 2021.
“Dari pat pak?” tanyanya hati-hati pada rombongan yang datang.
Ia kemudian tersenyum tatkala mengetahui jika yang berkunjung adalah senator DPD RI asal Aceh, HM Fadhil Rahmi Lc.
Wanita tersebut bernama Waddiah. Ia merupakan alumni FKIP PGSD Unsyiah yang mengabdi di tanah kelahirannya, Pulo Aceh, sejak 2007.
Waddiah masih berstatus honorer. Ia tidak masuk dalam kategori K2 yang di-PNS-kan oleh pemerintah, beberapa tahun yang lalu.
“Lon mengajar dari 2007. Lulus D2 PGSD Unsyiah. Tahun 2008 lon sambung S1,” kata wanita hitam manis ini.
Sebelumnya, Waddiah mengaku mengajar di SD desa lainnya yang jauh dari Lampuyang. Baru beberapa tahun terakhir ia pindah ke SD Lampuyang, yang merupakan desa kelahirannya.
“Niat saya memang ingin mengajar di Pulo Aceh, tempat kelahiran, meskipun masih berstatus honorer,” katanya lagi.
Meski kerja kerasnya tak seberapa dibayar, Waddiah mengaku patang menyerah.
Ia sudah mengabdi dari saat masih gadis hingga kini menikah dan beranak dua.
“Anak saya yang pertama, satu sudah kelas 3, dan ini yang kedua,” ujar dia sambil menunjuk ke arah bayi dalam gendongannya.
Setiap hari, Waddiah selalu membawa bayinya yang masih kecil tersebut saat mengajar.
Waddiah berharap agar pemerintah dapat membantu dirinya dan guru-guru honorer lainnya di Aceh untuk diberi kesempatan menjadi pegawai negeri.
“Nyan harapan kamoe,” katanya.
Syech Fadhil sendiri menyemangati Waddiah agar terus memberikan yang terbaik untuk anak-anak di Pulo Aceh.