Penulis adalah dr. Nurul Fajri, mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran-Unsyiah-Banda Aceh
Setiap dari kita mungkin pernah merasakan keluhan tidak enak di perut yang sering kita sebut dengan sakit “Maag” atau “Lambung” dalam bahasa medis di kenal dengan Dispepsia. Kerap kali penyakit itupun mengkhawatirkan diri kita konon lagi saat ini kita sedang memasuki bulan Ramadhan. Banyak orang yang mencemaskan penyakitnya akan kambuh, namun tidak banyak orang tahu bahwa penyakit tersebut dapat di cegah dengan beberapa upaya sederhana di rumah.
Dispepsia adalah sekumpulan gejala yang dirasakan seperti rasa tidak nyaman pada perut, perut terasa penuh, kembung, sakit perut, dan nyeri ulu hati, cepat merasa kenyang saat makan, rasa perih hingga panas seperti terbakar pada lambung dan kerongkongan dan sering buang angin.
Prevalensi dispepsia secara global berkisar 15-40 %. Untuk Asia berkisar 8-30 %, sedangkan Prevalensi dispepsia di Indonesia mencapai 40-50%. Dispepsia pada usia 40 tahun diperkirakan terjadi sekitar 10 juta jiwa atau 6,5% dari total populasi penduduk. Pada tahun 2020 diperkirakan angka dispepsia terjadi peningkatan dari 10 juta jiwa menjadi 28 juta jiwa atau 11,3% dari keselurahan penduduk di Indonesia. Sementara di Aceh sendiri, Dispepsia termasuk dalam kategori 10 penyakit terbanyak yang diderita oleh warga Aceh sedikitnya 7.785 orang Aceh mengalami Dispepsia. Angka ini cukup mengkhawatirkan mengingat dapat mempengaruhi produktifitas sehari-hari.
Penyebab Dispepsia muncul?
Dispepsia muncul karena pengaruh gaya hidup kita sehari-hari, mulai dari kebiasaan makan yang tidak teratur, banyak mengonsumsi makanan yang berlemak dan pedas, sering konsumsi minuman berkafein seperti kopi, minuman bersoda, kebiasaan merokok, berat badan berlebihan atau obesitas, tingkat stress yang tinggi dan posisi tidur yang sering terlentang. Banyak dari kita tidak menyadari dan mengabaikan posisi tidur, siapa sangka ternyata posisi tidur berperan penting dalam mengatur proses selama lambung kita bekerja.
Benarkah Posisi Tidur Miring ke Kanan adalah sunnah Rasulullah??
Lebih lanjut di dalam ilmu sosial budaya kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa agama menjadi faktor penguat perilaku kesehatan, hal ini terlihat dari pola kebiasaan Nabi Muhammad SAW yang selalu tidur miring ke kanan seperti dalam sebuah riwayat Al-Bara′ bin Azib yang menyampaikan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Apabila kamu hendak berangkat ke tempat tidurmu maka berwudhulah seperti wudhumu untuk shalat, kemudian berbaringlah pada sisi badan sebelah kanan…,” (HR. Bukhari-Muslim)
Dari hadits di atas jelas kita melihat tidur miring ke kanan merupakan anjuran dari Nabi Muhammad SAW sendiri.
Bagaimana Medis Mengkaji Posisi Tidur Miring Kanan??
Tidur miring ke kanan ternyata memiliki manfaat medis yang luar biasa. Salah satunya adalah lambung bisa beristirahat sehingga proses pengosongan lambung akan berjalan lebih cepat, posisi tidur miring kanan juga akan membuat posisi lambung menjadi tergantung sesuai gaya gravitasi bumi, hal ini menyebabkan posisi lambung tidak terhimpit oleh organ-organ lain yang ada di sekitarnya, sehingga peredaran darah ke organ lambung juga menjadi lancar.
Beberapa manfaat yang dirasakan oleh organ tubuh lain dengan posisi tidur miring ke kanan adalah mengurangi beban jantung, karena darah akan mengalir lebih merata dan terkonsentrasi pada tubuh bagian kanan, denyut jantung menjadi lambat dan tekanan darah akan menurun. Pada organ Paru-paru akan membuat pernafasan lebih mudah karena paru kiri lebih kecil daripada paru kanan, sehingga paru kanan mendapat tekanan yang lebih kecil oleh paru kiri. Selain itu, juga dapat menjaga saluran pernapasan seperti mencegah jatuhnya pangkal lidah yang bisa menyebabkan sumbatan pada jalan nafas. Manfaat lain ditemukan pada organ Otak dimana otak kiri akan dibiarkan untuk beristirahat dan otak kanan yang akan menggantikan perannya, hal ini membuat kita terhindar dari penyakit penyempitan pembuluh darah dan pengendapan pembekuan darah.
Nah, begitu banyak manfaat yang didapat dari posisi tidur miring ke kanan, meskipun tidak banyak masyarakat yang tahu akan hal ini, namun kita masing-masing dapat memulainya dengan hal-hal sederhana yang diajarkan Rasulullah, dengan kebiasaan tersebut akan membawa perubahan perilaku menjadi lebih sehat, terbebas dari penyakit Dispepsia. Rasulullah telah mengajarkan ummatnya tentang kebiasan-kebiasaan yang baik dan adab dalam makan yang dijelaskan dalam Alquran dan Hadist yang seharusnya menjadi contoh untuk diterapkan terkhusus oleh umat islam.
Selain mengatur posisi tidur di atas, penting juga memperhatikan beberapa upaya lain yang dianjurkan dalam mencegah Dispepsia yaitu makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang sesuai anjuran Nabi, makan sedikit demi sedikit dan kunyah makanan secara perlahan hingga teksturnya halus sebelum menelannya, menghindari makanan berlemak dan pedas, serta minuman bersoda, kafein (kopi, teh, dan minuman berenergi), minuman beralkohol, dan berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, Olahraga secara teratur, Mengurangi stress karena Stres berlebihan dapat menyebabkan peningkatan produksi asam lambung, Menghindari kebiasaan berbaring setelah makan dan hindari minum obat anti nyeri yang bersifat Non Steroid Anti Inflamasi tanpa petunjuk dari dokter.
Selamat menunaikan ibadah Bulan Ramadhan, semoga dengan mengikuti Sunnah Rasulullah memungkinkan kita semua meraih hal-hal yang baik terutama meraih rahmad sehat terhindar dari Dispepsia.