Jakarta – Ujaran kebencian terhadap umat Muslim oleh kelompok radikal Hindu di India menuai kecaman masyarakat. Sebelumnya, seorang warga Hindu terekam menyuarakan pernyataan yang mengancam umat Islam.
“Jika 100 dari kita menjadi tentara dan bersiap untuk membunuh dua juta (umat Muslim), maka kita akan menang, melindungi India, dan membuatnya menjadi negara Hindu,” kata seorang anggota partai sayap kanan Hindu Mahasabha, Pooja Shakun Pandey, dalam sebuah video acara konferensi di Haridwar, negara bagian Uttarakhand, bulan lalu.
Kemunculan video ini menuai amarah dari masyarakat. Sejumlah masyarakat menilai respons pemerintah India lambat dalam menangani masalah ujaran kebencian itu.
Seorang aktivis perempuan dan co-founder kelompok Bharatiya Muslim Mahila Andolan, Zakia Soman, menilai kegagalan pemerintah India menyebabkan kelompok ekstremis sayap kanan semakin meningkat.
“Komunitas kami membuat kami sadar, kami telah menjadi warga kelas dua di negara kami sendiri,” tutur Soman.
“Pemukulan dan kebencian terhadap minoritas menjadi biasa dan normal. Saat intensitasnya meningkat, racun dan kekerasan di dalam bahasa mereka juga ikut naik,” lanjutnya.
Menurut pengacara Vrinda Grover, penghasutan kekerasan dilarang dalam hukum India.
“Kepolisian, negara bagian, dan pemerintah bertanggung jawab menjaga (penghasutan kekerasan) tidak terjadi. Namun negara bagian, lewat kelambanannya, sebetulnya malah mengizinkan kelompok seperti ini bergerak, sembari membahayakan masyarakat Muslim yang menjadi target,” ungkap Grover.
Seorang pelajar Muslim di New Delhi yang meminta identitasnya dirahasiakan, mengatakan banyak umat Muslim yang merasa terancam saat kelompok sayap kanan Hindu India melontarkan ujaran kebencian.
“Itu membuat kami merasa kami tak pantas berada di sana,” katanya.
CNN telah mengontak Kementerian Urusan Minoritas India, pihak Mahasabha Hindu, dan Pandey, tetapi belum mendapatkan respons.
Analis menuturkan, keberanian kelompok ekstremis ini muncul karena upaya penanganan pemerintah yang masih kurang. Keadaan tersebut berpotensi membawa bahaya bagi kelompok minoritas, terutama Muslim di India.
“Itu yang membuat Hindu Mahasabha berbahaya,” kata seorang asisten profesor ilmu politik di Universitas Ashoka, Gilles Verniers.
“(Mereka) seperti telah menunggu momen ini selama beberapa dekade,” lanjutnya. Ia juga menilai pernyataan berunsur kekerasan yang dilontarkan Pandey ini merupakan bentuk terburuk dari ujaran kebencian.