Jakarta – Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, terjadi penurunan prevalensi stunting nasional dari 21,5 persen pada 2023 menjadi 19,8 persen pada 2024. Namun masih ada sejumlah daerah yang memiliki angka stunting yang tinggi.
Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Prof Asnawi Abdullah menyebut, tingginya angka stunting di beberapa provinsi salah satunya disebabkan oleh masalah ekonomi keluarga.
“Anak-anak yang lahir dari keluarga Q1 (paling miskin) memiliki risiko dua kali lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang lahir dari Q5 (paling kaya),” kata Prof Asnawi dalam temu media daring, Kamis (5/6/2025), melansir detikHealth.
“Ini menjadi tantangan kita juga, apabila kita ingin menurunkan angka stunting di masa yang akan datang, perhatian kita harus lebih terfokus pada Q1 dan Q2 yang berisiko stunting lebih tinggi daripada kelompok Q5,” imbuhnya.
Berikut adalah 10 provinsi yang memiliki prevalensi stunting di atas angka nasional.
Nusa Tenggara Timur (NTT) – 37 persen
Sulawesi Barat – 35,4 persen
Papua Barat Daya – 30,5 persen
Nusa Tenggara Barat (NTB) – 29,8 persen
Aceh – 28,6 persen
Maluku – 28,4 persen
Kalimantan Barat – 26,8 persen
Sulawesi Tengah – 26,1 persen
Sulawesi Tenggara – 26,1 persen
Papua Selatan – 25,7 persen
“Walaupun kita berhasil menurunkan angka stunting di 24 provinsi, masih ada 11 provinsi yang angka stuntingnya meningkat,” kata Prof Asnawi.









