Oleh Lowla Santa Claudia Manurung.
Yayasan Rumah Ceria Medan, sebuah sekolah inklusi di Kota Medan dimana anak-anak berdampingan dalam beraktivitas bersama teman-teman disabilitas. Didirikan oleh Yuli Yanika selalu founder dan Risa Riskayanti yang merupakan lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara (USU). Pada sekolah ini, baik pengajar maupun siswa dibiasakan untuk dapat berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Sekolah ini berada di Jl. Bunga Cempaka VII No.41 Y, Padang Bulan Selayang II, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera Utara.
Sekolah ini memiliki salah satu program pendidikan bernama Tuli Mengaji dan menjadi yang pertama di Medan. Tidak hanya anak-anak yang tuli, tetapi kegiatan ini terbuka bagi anak-anak non-disabilitas. Adapun program ini rutin dilaksanakan setiap bulan ramadan dan berlangsung selama selama 11. Selama 8 hari pertama, anak-anak akan belajar mengaji dan 3 hari yang tersisa akan melakukan kamping di sekolah untuk pendalaman belajar.
Selama program berlangsung, anak-anak akan mulai belajar mengaji di pukul 3 sore hingga buka puasa. Setiap anak juga akan memiliki target belajar mereka sendiri sehingga rasa semangat yang tinggi akan timbul di hati mereka. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan di minggu kedua bulan puasa dan berlokasi di Yayasan Rumah Ceria Medan.
Dinda selaku pengajar di Yayasan Rumah Ceria Medan menuturkan latar belakang dari program ini.
“Untuk latar belakang adanya program ini karena masih banyak anak-anak yang tidak dapat mengaji. Mereka tidak memahami ap aitu Al-Quran dan selalu bertanya mengenai Allah, apakah laki-laki atau perempuan. Karena minim literasi seperti itu makanya kita membuka program ini dan mengajari mereka,” ujar Dinda.
Pengajaran kepada tuli untuk mengaji tidak hanya dilaksanakan setiap bulan ramadan saja. Setiap paginya, anak-anak akan diajarkan oleh para guru untuk mengaji atau saat kegiatan pembelajaran telah selesai dilaksanakan. Setiap hari Jumat, sekolah juga akan mengadakan kegiatan mengaji sebagai bentuk pendalaman.
Dinda juga turut menjelaskan mengenai kualifikasi guru yang akan mengajar pada program ini.
“Jadi biasanya para guru itu akan ada pelatihan yang berasal dari Kementerian Agama yang dimana telah bekerja sama dengan sekolah. Setelah mengikuti pelatihan tersebut baru para guru akan mengajari anak-anak yang tuli untuk mengaji, karena kan sudah mendapat ilmu dari pelatihan tadi,” jelas Dinda.
Program Tuli Mengaji adalah program positif yang diharapkan dapat terus dilanjutkan. Harapannya, dengan adanya program ini maka anak-anak disabilitas dapat mendapatkan kesempatan belajar yang sama dengan non-disabilitas dan tidak mengendurkan semangat mereka untuk terus belajar.









