MEULABOH — Bupati Aceh Barat Daya (Abdya), Dr. Safaruddin, S. Sos MSP memimpin Kuliah Umum bertajuk “Menjadi Mahasiswa yang Berdaya Saing” di Universitas Teuku Umar (UTU) Kabupaten Aceh Barat, Kamis (02/10/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Safaruddin menekankan bahwa, mahasiswa berdaya saing harus mampu menciptakan nilai nyata melalui keterampilan relevan, yang didukung oleh karya atau rekam jejak, jejaring yang sehat dan etika dalam belajar dan berkarya.
Bupati Abdya itu memaparkan rumus untuk menjadi mahasiswa berdaya saing, yaitu: SKILL + BUKTI + JEJARING \times ETIKA. Keempat faktor ini wajib dibangun dan dimiliki oleh mahasiswa.
Adapun Empat Pilar Daya Saing Mahasiswa adalah;
1. Skill (Keterampilan) – “Mampu”: Mencakup kemampuan hard skill (sesuai jurusan) dan soft skill (seperti komunikasi, problem solving, teamwork, manajemen waktu, literasi digital, dan kepemimpinan). Contohnya adalah kemampuan menganalisis data, menulis paper yang jelas, dan mengelola tim penelitian.
2. Bukti (Portofolio) – “Terlihat”: Merupakan rekam jejak konkret dari kemampuan, seperti proyek yang dikerjakan, prototype yang dibangun, artikel yang dipublikasi, sertifikat yang relevan, atau penghargaan kompetisi.
3. Jejaring (Relasi Bermakna) – “Terhubung”: Melibatkan hubungan profesional yang saling memberi nilai dengan dosen, praktisi, mentor, komunitas, dan alumni. Manfaatnya termasuk mendapatkan feedback dari mentor, kolaborasi riset, hingga info magang/lowongan pekerjaan.
4. Etika (Integritas & Profesionalisme) – “Dapat Dipercaya”: Meliputi kejujuran akademik, tanggung jawab sosial, menghargai waktu orang lain, dan menepati janji. Pentingnya etika digarisbawahi dengan contoh seperti sitasi jurnal yang benar, menghindari plagiarisme, dan komitmen pada deadline.
Dr. Safaruddin juga menyoroti realitas persaingan saat ini yang bersifat lintas daerah/negara dan dipercepat oleh cepatnya usang skill akibat perubahan teknologi. Kuncinya adalah menjalankan siklus berulang: Belajar \rightarrow Latih \rightarrow Tunjukkan.
“Dalam dunia kerja, hasil dan dampak yang dicari perusahaan, bukan hanya Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), yang tetap penting tetapi bukan penentu tunggal. Mahasiswa didorong untuk menguasai kerangka STAR (Situation-Task-Action-Result) dan harus adaptif, kolaboratif, dan etis sebagai kunci bertahan,” urai Dr. Safaruddin.
Di era digital ini, Dr. Safaruddin berpesan agar mahasiswa menghindari perilaku negatif seperti hoaks, ujaran kebencian, dan perundungan. Ia mengingatkan bahwa jejak digital akan menjadi ‘Curriculum Vitae’ di masa depan dan menekankan penggunaan teknologi yang bijak untuk berkarya dan membangun jejaring positif.
Dalam kuliah umum itu, Dr. Safaruddin juga menampilkan profilnya yang merupakan Bupati Aceh Barat Daya dan seorang politisi Partai Gerindra. Ia dilantik pada 16 Februari 2025 dan sebelumnya menjabat sebagai Wakil Ketua DPRA periode 2019–2024.
Perjalanan hidupnya penuh perjuangan, dimulai sebagai anak tukang jahit. Safaruddin, yang lahir pada tahun 1983 dan meraih gelar Sarjana Sosial dari Universitas Sumatera Utara (USU), harus menghadapi rentetan kegagalan dalam kontestasi politik dari 2006 hingga 2017 sebelum akhirnya memenangkan Pilkada Abdya. Ia juga dikenal aktif di berbagai organisasi seperti Ketua Pengprov PBSI Aceh dan memiliki kecintaan pada olahraga.
Sebagai penutup, ia berpesan kepada mahasiswa baru UTU agar menjadikan masa kuliah sebagai masa untuk membentuk diri, bukan hanya mendapatkan ijazah, serta membangun jaringan, pengalaman, dan karakter.
“Masa depan tidak menunggu, namun kita yang menjemputnya, di mulai dari hari pertama kalian masuk kuliah,” pungkas Dr. Safaruddin.