LANGIT Banda Aceh terlihat mendung, Kamis sore 29 Desember 2022. Namun lalulintas tetap padat.
Mobil yang kami tumpangi berhenti di samping Kawasan Rek Peunayong. Ada plamplet besar bertuliskan ‘SYR Coffee’ di sana.
Beberapa warga di lokasi ini terlihat asyik menyeruput kopi.
“Di sinilah asal bubuk kopi nikmat dari sejumlah warung kopi di Aceh diproduksi,” ujar seorang pria bertubuh jangkung tiba-tiba.
Ia turun dari mobil mengikuti penulis.
Ia adalah Sofyan Helmi, seorang politik Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga anggota DPRK Banda Aceh. Matanya tertuju pada Senator DPD RI asal Aceh, HM Fadhil Rahmi Lc MA atau akrab disapa Syech Fadhil.
Sofyan Hellmi-lah yang mengajak kami ke lokasi ini.
Memasuki ruangan, seorang pria berpeci dan berkulit sawo matang menyalami kami satu persatu. Belakangan, ia memperkenalkan diri dengan nama Syukri. Dia adalah pemilik SYR Coffee, tempat yang kami tuju. Namanya merupakan alasan dibalik singkatan SYR.

Bang Syukri, demikian ia biasa disapa, memperlihatkan satu persatu toples besar yang berisi biji kopi di tempat tersebut. Biji inilah yang nantinya diolah menjadi bermacam bubuk kopi dengan citarasa khas dan diedarkan ke seluruh Indonesia.
Syech Fadhil dan Sofyan Helmi sepakat untuk memesan kopi ‘Hani Coffee.’ Konon ada rasa madunya dalam citarasa tersebut. Sementara penulis dan tenaga ahli DPD RI, Ustadz Syukran, disajikan ‘King Arabica.’
“Ada 10 macam citarasa kopi di sini,” ujar Syukri.
Pria ini terlihat sang paham betul dengan jenis-jenis kopi yang diproduksi di sini. Ia kemudian juga menawarkan rombongan kami untuk mencoba ‘Kopi Lanang.’ Konon, katanya, kopi Lanang bagus untuk meningkatkan vitalitas tubuh.
“Usai minum Kopi Lanang, telinga kita akan merah menyala,” kata dia sambil tertawa sambil memberi isyarat yang hanya dimengerti oleh pria dewasa. Sedangkan kami yang mendengar tertawa lepas.
Tak berapa lama, pekerja SYR Coffee datang membawa bubuk Hani Coffee dan King Arabica sesuai pesanan kami. Ia juga membawa beberapa gelas gelas kosong. Ada saringan kecil yang ditaruk di atas gelas. Bubuk kopi ditaruk disaringan dan kemudian disiram dengan air panas. Hasil dari olahan inilah yang kemudian kami seruput bersama.
“Luar biasa,” ujar Syech Fadhil.
Kepiawaian Syukri mengolah bubuk kopi ini ternyata berasal dari pengalaman hidupnya selama bertahun-tahun yang lalu.
Syukri bercerita bahwa orangtuanya berasal dari Pidie yang lama menetap di Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah. Kawasan Ketol memang dikenal sebagai kebun kopi di Aceh.
“Saya pindah ke Banda Aceh sejak 2001,” ujar Syukri.
Di Banda Aceh, kata dia, ia sempat beberapa kali pindah tempat usaha kopi.
“Baru 2013, saya pindah ke sini. Ini sudah milik pribadi,” kata dia.
Dari warung kecil ini, kata dia, bubuk kopi ‘SYR Coffee’ diproduksi dan menyebar ke seluruh Warkop ternama di Aceh maupun ibukota negara.
“Sebelum Covid-19, bubuk kopi yang kita distribusikan mencapai 2 ton perbulan. Kalau selama covid, belum. Bulan ini (Desember 2022-red) baru sekitar 700-san kilo,” kata Syukri.
Syukri berharap ekonomi masyarakat bisa segera pulih dan aktivitas masyarakat kembali lancar seperti sediakala.
“Neujak-jak lom ustadz. Neuba Ustadz Somad sigoe keunoe,” kata Syukri di sela-sela kami hendak berpisah dan meninggalkan lokasi tersebut.
