BANDA ACEH – Sejumlah warga di pesisir Aceh Besar, mengaku menolak alasan yang disampaikan bupati Aceh Besar, Mawardi Ali, terkait perluasan Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Aceh.
Statemen tersebut terkait video Mawardi Ali, bupati Aceh Besar, yang beredar di media social. Dalam video tadi, Mawardi turut menyinggung soal syahwat walikota Banda Aceh yang selalu ingin memperluas wilayah Banda Aceh di setiap periode kepemimpinan.
“Bahasa itu tak bagus dan elok. Sama halnya dengan Aceh Besar juga. Siapapun yang jadi bupati, pasti lupa dengan pesisir, seperti Darussalam, Baitussalam dan Mesjid Raya,” kata Muhammad, tokoh muda pesisir Aceh Besar, kepada atjehwatch.com.
Menurutnya, Mawardi Ali selaku bupati Aceh Besar harusnya sadar diri.
“Dia mengaku lahir di pesisir. Namun selama dia menjabat, apa yang sudah dilakukannya untuk pesisir? Omong kosong. Jadi wajar jika kami dari pesisir ingin gabung dengan Banda Aceh,” katanya lagi.
“Mawardi Ali cuma numpang lahir di sini (pesisir-red). Tapi kebijakannya untuk pesisir tak ada. Adminitrasi di kantor pelayan terpadu di Lambaro Angan sangat lelet. Satu surat saja berhari-hari. Mau ke Jantho sangat jauh,” ujar dia.
Jamaluddin, warga Baitussalam lainnya menambahkan, akan sangat menguntungkan jika pesisir digabungkan dengan Banda Aceh.
“Secara adminitrasi jauh lebih dekat ke Banda Aceh. Pelayanan jauh lebih baik,” kata dia.
Jamaluddin meminta Mawardi Ali untuk pulang kampong dan menyerap aspirasi masyarakat di pesisir.
“Makanya sekali kali duduk dengan warga di pesisir. Jangan terlalu sibuk dengan Sibreh hingga Jantho. Yang kami rasakan selama ini, Mawardi Ali hanya bupati Sibreh hingga Jantho,” katanya. []