IBNU sempat terluntang-luntang di jalan selama dua hari. Beruntung, ia kemudian ditemukan oleh seorang guru dayah, kenalan Sakdiah dan Teungku Fiah semasa hidup.
Kenalan tersebut adalah Hanafi. Namanya hampir sama seperti almarhum ayah Ibnu. Hanafi adalah salah seorang mantan santri di dayah Matang, pimpinan Waled, yang pernah menjadi lokasi berteduh bagi Sakdiah dan Teungku Fiah semasa hidup.
Hanafi kini mengajar di salah satu dayah modern di Bireuen. Dayah tersebut juga menampung sejumlah yatim piatu korban konflik.
Ibnu kemudian dibawa pulang ke rumah Hanafi dan Ia menceritakan semua kejadian yang menimpanya.
Mulai dari tragedi meninggalnya Sakdiah, kecelakaan yang menimpa Buyung dan Rukaiyah, keluarga angkatnya, hingga cemoohan orang-orang di sekitar rumah keluarga angkatnya soal posisi dirinya yang dianggap pembawa sial.
Keadaan inilah yang membuat Ibnu memutuskan pergi dari rumah duka keluarga angkatnya.
Cerita Ibnu ternyata menyentuh hati Hanafi. Ia kemudian memboyong Ibnu ke dayah tempatnya mengabdi selama ini.
“Di dayah ini, kau bisa sekolah dan belajar agama dengan baik. Tak perlu risau soal biaya makan dan tempat tidur. Semua ditanggung oleh dayah, termasuk baju dan fasilitas lainnya,” ujar Hanafi.
Harapan Ibnu untuk kembali bersekolah kembali tumbuh. Ia sangat senang dengan penjelasan Hanafi.
“Di sini kau akan bertemu dengan anak-anak yang mengalami nasib sama sepertimu. Jadi tak perlu minder atau putus asa,” ujar Hanafi.
Hanafi juga yang mengurus surat pindah sekolah Ibnu dari sebelumnya di kota Bireuen ke Matang.
Ia yang mengambil baju dan berkas-berkas lainnya dari rumah angkat di Bireuen serta meminta izin dari keluarga besar almarhum Buyung yang datang dari Sumatera Barat, beberapa hari pasca kecelakaan.
Berdasarkan keterangan Teungku Hanafi, keluarga almarhum Buyung, akan membawa pulang Dara ke Sumatera Barat. Dara akan tinggal bersama neneknya di sana. Sedangkan seluruh asset yang dimiliki oleh Buyung akan dijual dan hasilnya akan dikirim untuk biaya sekolah Dara dan Ibnu hingga selesai SMA.
Almarhum Buyung, semasa hidup, ternyata telah pernah menjelaskan keberadaan Ibnu sebagai anak angkatnya kepada keluarga di Padang.
Namun karena Ibnu memilih meninggalkan rumah pasca kecelakaan, membuat keluarga besar Buyung, tak bertemu dengannya. Mereka lebih memilih menjaga cucu yang memiliki tali darah.
[Bersambung]