Jakarta – Kasus positif COVID-19 di beberapa wilayah di Indonesia masih mengalami kenaikan, pemerintah daerah di wilayah masing-masing terus berjuang untuk menangani wabah ini agar kurva sebaran virus Corona menurun. Meski demikian, ada kabar menggembirakan dari Provinsi Aceh.
Kasus positif di Kota Serambi Mekah mengalami tren penurunan. Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan, berdasarkan data per 27 Mei 2020, dari 19 pasien positif, telah dinyatakan sembuh berjumlah 17 orang dan 1 orang meninggal dunia. Saat ini hanya ada 1 orang pasien positif COVID-19 di Aceh.
“Kondisi per 27 Mei 2020, terdapat 19 orang terkonfirmasi positif Corona di Aceh. Alhamdulillah sudah 17 di antaranya mengalami kesembuhan dan 1 orang masih dalam perawatan, 1 orang meninggal dunia,” ujar Nova dalam video yang disiarkan di Channel YouTube BNPB, Jumat (27/5/2020).
Nova melanjutkan, di Aceh saat ini ada 100 orang pasien dalam pengawasan (PDP). Dari 100 orang itu, 99 di antaranya telah sehat dan diizinkan pulang, sementara satu orang meninggal dunia.
Dalam kesempatan itu, Nova menjelaskan bagaimana cara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh menangani penyebaran COVID-19 sehingga kurvanya dapat melandai. Menurutnya, Pemprov Aceh bersama pemerintah kota/kabupaten melakukan intervensi di kehidupan masyarakatnya. Salah satunya dengan memberlakukan jam malam selama lima hari.
“Bahkan kami sempat memberlakukan jam malam selama 5 malam sebelum daerah lainnya menerapkan wacana PSBB. Awalnya masyarakat Aceh memang kurang yakin adanya COVID-19 di Aceh. Namun, sesudah ada satu warga positif COVID-19, masyarakat Aceh lebih antisipatif, lebih waspada, dan warga Aceh lebih over-reaktif,” ucapnya.
auh sebelum itu, kata Nova, Pemprov Aceh juga telah menyiapkan posko sebagai pusat informasi COVID-19. Selain itu, RSUD Zainul Abidin disiapkan sebagai rumah sakit rujukan COVID-19 di Aceh bersama 13 rumah sakit lainnya. Tak hanya itu, beberapa mahasiswa Aceh yang berada di Wuhan, China, juga turut dipulangkan pada akhir Januari 2020.
“Di Aceh kami cepat menyiapkan sarana dan prasarana COVID-19, mulai pembukaan posko sebagai pusat informasi, penyiapan rumah sakit rujukan, ruang isolasi dan kebutuhan lainnya untuk penanganan COVID-19 sebelum ada yang terindikasi positif,” katanya.
Nova mengatakan pemerintah dan masyarakat juga telah bekerja sama menyiapkan lahan di Aceh Besar sebagai tempat pemakaman apabila ada pasien COVID-19 yang meninggal dunia. Hal tersebut tentu berkat kerja sama dari semua stakeholder yang ada.
Lebih lanjut, Nova menjelaskan, Pemprov Aceh juga berhasil membuat sistem kesiapsiagaan petugas hingga ke tingkat desa. Sistem ini dikoordinasi langsung oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.
“Kemudian pemerintah juga berhasil membuat sistem kesiapsiagaan petugas hingga ke tingkat desa yang dikoordinasi oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, sehingga yang dicurigai tidak ada yang lolos sampai terbukti negatif,” ucapnya.
Yang tidak kalah penting, kata Nova, dukungan masyarakat terhadap para tenaga medis. Menurutnya, Pemprov Aceh juga telah memberikan berbagai bantuan untuk memberi semangat kepada para petugas medis yang berjuang mengobati pasien COVID-19.
Meski demikian, Nova mengimbau kepada seluruh masyarakat, khususnya warga Aceh, untuk mengantisipasi adanya sebaran COVID-19 gelombang II. Nova meminta masyarakat tetap menjaga jarak, menggunakan masker, tidak bersalaman, dan mematuhi protokol kesehatan lainnya pada masa pandemi ini.
“Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat Aceh, khususnya yang ada di Aceh, seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya, saudara kami yang ada di luar Aceh, agar tetap disiplin, menjalankan protokol kesehatan, membudayakan menggunakan masker, tidak terlalu sering bersalaman, dapat dilakukan dengan penghormatan dengan cara-cara yang lain. Karena COVID-19 ini belum berakhir dan wabah Corona ini tidak memandang suku, ras, agama cuaca, bangsa bahkan tidak melihat letak geografis. Semoga wabah COVID-19 ini segera lenyap, segera menghilang dari bumi Aceh, dari bumi Indonesia bahkan di seluruh dunia,” tandasnya.