Kamp Biawak. Nama ini terkesan ekstrim dan unik. Namun nama itulah yang kini menjadi lokasi menyeruput kopi yang jadi favorit baru di Banda Aceh.
Kamp Biawak terletak di Desa Limpok, Darussalam, Kabupaten Aceh Besar. Lokasi inilah yang jadi primadona baru di Banda Aceh. Ini karena lokasi Kamp Biawak tak jadi dari Darussalam, yang jadi kota pelajar serta induk dari sejumlah universitas ternama di Aceh.
Ke sinilah atjehwatch.com berkunjung pada Sabtu malam 27 Juni 2020.

Lokasinya sangat asri. Ada bangunan kayu yang beratap seng yang dijadikan party atau tempat mengolah pesanan pelanggan.
Potongan kayu yang dijadikan tempat duduk dan meja serta tatanan unik lainnya yang diolah dari limbah sekitar lokasi.
Owner Kamp Biawak, Iskandar Ishak, mengatakan penamaan Kamp Biawak berasal dari pengalaman pribadi mereka saat mencari lokasi untuk tempat kumpul dan diskusi.

“Dulu kami suka mancing di sekitar sungai Lamnyong ini. Memang di sekitar ini dulu, merupakan tempat Biawak,” kata kandidat doktor seni di salah satu universitas ternama di Pulau Jawa ini.
Layaknya pemuda di Aceh lainnya, kata Iskandar, mereka terbiasa untuk berdiskusi banyak hal. Hal ini pula yang akhirnya membuat mereka mencari sebidang tanah untuk sekedar ngumpul.
“Awal kita kumpul di sini, hanya ada bangunan itu (Yang ada-red). Bangunan tersebut merupakan bekas kandang sapi. Kami bersihkan dan kami sulap seperti sekarang,” kata pria kurus berkumis ini.
Awal awal ngumpul, kata Iskandar, mereka terbiasa beli kopi dalam kantong plastik dan air tebu untuk di bawa ke Kamp Biawak. Dari tradisi tadi akhirnya muncul ide untuk membuat warung kopi.
“Dari situ kita berpikir, bahwa Kamp Biawak harus memiliki keunikan tersendiri. Makanya kursi ini adalah potongan kayu yang hanyut di bawa air sepanjang aliran sungai ini. Ini kami potong dan jadikan kursi serta meja. Lebih simple serta hemat dan nyaman,” kata Iskandar.
“Agar tak bernyamuk. Kami usahakan setiap kantong plastik yang ada untuk dibersihkan dari lokasi. Jadi lokasinya asri,” katanya.
Sedangkan soal menu dan minuman andalan, kata Iskandar, setelah beberapa kali racikan, akhirnya jadilah Kobite atau Kopi Biawak Tebu. Minuman ini terasa nikmat sambil menikmati angin sepoi sepoi dengan suasana khas Aceh. Ada juga minuman lainnya. Yang terpenting, harganya nyaman untuk kantor.
Sedangkan untuk makanan yang disajikan di Kamp Biawak juga terbilang unik. Mulai dari Ketela Keju, buah buahan hingga paket lainnya yang bisa dimasak di lokasi. Murah meriah.
Kamp Biawak kini jadi tempat kumpul baru sambil menyeruput kopi.
Tempat ini cocok jadi tempat ngopi untuk keluarga, komunitas hingga lainnya.

“Di awal awal berdiri, diskusi ganja dan UU ITE pernah kita gelar disini. Ini juga yang membuat lokasi Kamp Biawak jadi tenar seperti sekarang. Kami buka dari pukul 16.00 hingga 23.30 WIB,” kata Iskandar.
Kedepan, kata Iskandar, dirinya berharap bisa terus berbenah untuk menjadikan Kamp Biawak lokasi yang nyaman bagi semua. Tapi tetap menjunjung tinggi kearifan lokal serta ramah lingkungan.
Gimana Anda tertarik? Yuk ngopi Kobite di Kamp Biawak. Harganya nyaman di kantong kok.
