Pemerintah Aceh melakukan ‘diet’ ketat soal penggunaan anggaran selama 2020 ini. Biaya publik secara otomatis dikurangi.
Kondisi ini membuat sektor swasta yang selama ini tergantung dengan APBA lesu dan beberapa terpaksa gulung tikar. Sebut saja seperti hotel serta usaha yang bergerak di sektor jasa lainnya.
Dalam keadaan seperti ini, hanya para ASN dan aktivitas pemerintahan yang tetap bisa ‘menyusui’ APBA. Hanya beberapa yang merebes ke ‘lingkaran dalam’ meuligoe.
Bagi masyarakat, inilah masa-masa paling sulit. Mungkin kedua setelah masa Jepang menacapkan ‘kuku’ nya di Aceh.
Namun persoalan Aceh saat ini, bukan hanya terguncang secara ekonomi.
Ada persoalan lain yang kini mengintai Aceh. Hal tersebut seperti sektor pendidikan dan sosial.
Tak bisa dipungkiri, merebaknya virus Corona atau covid-19 membuat aktivitas nyaris lumpuh. Termasuk sejumlah lembaga pendidikan atau sekolah.
Ini mungkin libur ‘sekolah’ terlama yang pernah terjadi selama negara ini berdiri. Mengapa dikatakan libur? Karena terbukti pembelajaran online ternyata tak berlangsung efektif di seluruh Aceh.
Sayangnya, pada saat yang bersamaan, game Higgs Domino ‘scatter’ justru sedang hit di Aceh.
Para remaja usia sekolah kini lebih memilih berada di Warkop-Warkop untuk bermain game ini tanpa mengenal waktu.
Keadaan inilah yang disayangnya. Corona dan Scatter kini mengubah wajah Aceh.
Padahal, virus ‘scatter’ ini sama bahayanya dengan corona jika tak cepat disikapi. Namun kondisi ini ternyata masih abai oleh para pihak di Aceh.