Aceh Utara – Jaringan Aneuk Syuhada Aceh (JASA) Aceh mengkritik pelaksanaan touring Aceh damai yang dilaksanakan oleh BRA.
Hal ini disampaikan Humas DPP JASA Aceh, Murhalim S.Pd, kepada wartawan, Rabu malam 12 Agustus 2020.
“Kalau ini program BRA, sama sekali tidak ada dampak positif bagi masyarakat. Yang diharapkan BRA itu seharusnya bisa mengakomodir kepentingan para kombatan , inong janda dan aneuk syuhada yang hidup mereka masih banyak dibawah garis kemiskinan,” kata Murhalim.
“Anak syuhada banyak yang putus sekolah dan tidak beruntung untuk mengenyam pendidikan yang layak. Apalagi dengan kondisi yang seperti ini harusnya program yang diusulkan harus ada kajian strategis memikirkan manfaat dan dampak nya bagi Masyarakat dan Imbas konflik.”
“Kami sangat menyayangkan sikap Pemerintah Aceh yang tidak peka terhadap peringatan hari damai Aceh dengan menggelar tour tersebut di tengah pandemi Covid-19. Tour yang dibiayai dengan anggaran senilai Rp305 juta atau tepatnya Rp305.663.796 tidak tepat karena sampai saat ini sudah mencapai tahun ke -15 perdamaian antara GAM dan RI, masih banyak sekali persoalan mulai dari pemenuhan hak-hak mereka korban konflik yang masih hidup di bawah garis kemiskinan dan para anak syuhada yang harus dipikirkan masa depan nya dengan membantu pendidikan yang layak bagi mereka,” kata Murhalim lagi.
Menurut Murhalim, Kondisi masyarakat Aceh sekarang belum sampai ke taraf tersebut, jadi seharusnya pemerintah Aceh harus berpikir bagaimana cara masyarakat Aceh dapat memperbaiki taraf hidup masyarakat terlebih dahulu bukan dengan hura-hura show motor mewah di atas penderitaan dan air mata korban konflik.
“Apa yang dilakukan oleh Pemerintah Aceh hari ini sangatlah tidak reflektif, tidak substantif dari makna peringatan damai dan tujuan damai itu sendiri.”
“Ini yang harus dipikirkan oleh pemerintah dan BRA, belum lagi berbicara poin-poin MoU yang belum selesai, dan masih menjadi tarik ulur pemerintah Aceh dengan pemerintah pusat,” ujarnya. []