LHOKSUKON – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Utara menyatakan, sebanyak 1.853 jiwa mengungsi akibat banjir di daerah itu. Para pengungsi terbagi di dua titik.
“Banjir mulai surut. Namun 1.853 warga terdampak banjir masih mengungsi karena air menggenangi rumah mereka dengan ketinggian hingga 60 centimeter,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Aceh Utara Murzani di Lhokseumawe, Jumat, 1 Oktober 2021.
Sebelumnya, sejumlah desa di beberapa kecamatan di Kabupaten Aceh Utara dilanda banjir. Bencana terjadi menyusul jebolnya tanggul Krueng (sungai) Pase akibat hujan lebat yang mengguyur di wilayah itu.
Murzani mengatakan, warga terdampak banjir yang bertahan di pengungsian berasal dari beberapa desa di Kecamatan Samudera dan Kecamatan Geureudong Pase.
Adapun warga yang mengungsi tersebut yakni di Kecamatan Samudera di antaranya Desa Mancang dengan pengungsi sebanyak 380 kepala keluarga atau 1.200 jiwa. Dan Desa Tanjong Awe sebanyak 160 kepala keluarga atau 640 jiwa.
Sedangkan di Kecamatan Geureudong Pase, yakni Desa Dayah Seupeung terdiri tiga kepala keluarga atau 13 jiwa. Mereka mengungsi ke rumah kerabat, kata Murzani.
Murzani menyebut, jebolnya tanggul Krueng Pase berdampak banjir terhadap lima kecamatan yakni Kecamatan Samudera, Geureudong Pase, Matang Kuli, Pirak Timu, dan Kita Makmur.
Banjir terparah terjadi di Kecamatan Samudera dan Kecamatan Geureudong Pase. Sementara di tiga kecamatan lainnya, ketinggian air tidak terlalu tinggi dan tidak terjadi pengungsian.
“Selain merendam ratusan rumah, banjir juga merendam sejumlah sekolah hingga aktivitas sekolah lumpuh total. Banjir juga sempat menggenangi badan jalan nasional, namun genangan sudah surut,” bebernya.