Jakarta – Empat daerah Ukraina menggelar referendum untuk bergabung dengan Rusia hari ini, Jumat (23/9), hingga 27 September. Rusia pun siap mencaplok empat daerah itu, yang jika digabungkan bisa seluas Cirebon.
Keempat wilayah itu yakni daerah yang sudah dikuasai pasukan Rusia dan kelompok separatis pro-Moskow di timur dan selatan Ukraina.
Di timur, Luhansk dan Donetsk akan menggelar referendum untuk menentukan warga mau bergabung dengan Rusia atau tidak.
Sementara itu, wilayah di selatan Ukraina, yaitu Kherson dan Zaporizhzhia, juga akan mengadakan referendum serupa.
Secara rinci, luas Kherson yakni 135 km, Zaporizhzhia sebesar 334 km, Donetsk 358 km, dan Luhansk 257 km. Dengan demikian, total luas wilayah ini mencapai 1.084 km.
Jika dibandingkan dengan kawasan di Indonesia, wilayah yang terancam hilang dari Ukraina seluas Kabupaten Cirebon dengan 1.074 km.
Referendum ini muncul di tengah kekalahan pasukan Rusia di Kharkiv dan sederet kemajuan pergerakan pasukan Ukraina. Pengamat menilai Rusia menggelar referendum karena khawatir kalah di medan perang.
“Semua yang terjadi hari ini adalah ultimatum yang benar-benar tegas kepada Ukraina dan Barat. Entah Ukraina mundur, atau akan ada perang nuklir,” kata pengamat politik di Moskow, Tatiana Stanovaya, seperti dikutip The Guardian, pekan lalu.
Ia kemudian melanjutkan, “Untuk menjamin ‘kemenangan’, Putin siap menggelar referendum segera mendapat hak menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan wilayah Rusia.”
Juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, sebelumnya memang sudah memperingatkan negara-negara Barat agar tak macam-macam terkait referendum ini.
Ia yakin keempat wilayah itu akan jatuh ke tangan Rusia. Dengan demikian, jika terjadi sesuatu di keempat wilayah itu, Rusia akan menganggapnya sebagai gempuran terhadap teritori mereka.
“Pelanggaran di wilayah Rusia merupakan kejahatan yang akan ditanggapi dengan berbagai upaya pertahanan diri,” tutur Peskov.
Ia kemudian berkata, “Itulah yang menyebabkan mereka yang di Kyiv dan Barat takut sekali akan referendum itu. Itulah yang menyebabkan [referendum] itu harus digelar.”
Rusia sendiri sudah punya rekam jejak mencaplok wilayah Ukraina pada 2014 lalu. Saat itu, pergolakan pecah dan menyebabkan Crimea menggelar referendum.
Meski diduga banyak kecurangan, hasil akhir referendum itu menunjukkan sebagian besar warga Crimea ingin bergabung dengan Rusia. Moskow pun akhirnya mencaplok Crimea, walau tak pernah diakui komunitas internasional.