Banda Aceh – Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyebut petugas BPBD Aceh Tenggara bersama lintas unsur dan masyarakat di kabupaten setempat mulai membersihkan material lumpur sisa banjir yang melanda sejumlah wilayah dalam beberapa hari terakhir.
Kepala Pelaksana BPBA Teuku Nara Setia, Kamis, mengatakan gotong royong pembersihan material lumpur dan material banjir di rumah penduduk dan fasilitas umum di Aceh Tenggara itu melibatkan unsur TNI, Polri, Satpol PP hingga masyarakat.
“Tim mulai membersihkan sarana pendidikan dan fasilitas umum terdampak banjir,” katanya dalam keterangan di Banda Aceh.
Ia menjelaskan banjir mulai melanda Aceh Tenggara pada Rabu (9/10) sekitar pukul 23.00 WIB. Sejak itu, banjir terus meluas hingga data terakhir dengan total 82 desa yang tersebar di 13 kecamatan terdampak.
Di antaranya Kecamatan Bambel, Lawe Sumur, Lawe Bulan, Tanoh Alas, Darul Hasanah, Babussalam, Ketambe, BabulRahmah, Semadam, Lawe Alas, Bandar, Leuser dan kecamatan Deleng Pokhkison.
Sebelumnya, Pemkab Aceh Tenggara juga telah menetapkan status darurat bencana banjir selama 14 hari, mulai dari 11-24 Oktober 2024.
Teuku Nara menjelaskan, banjir di Aceh Tenggara dipicu curah hujan tinggi yang mengguyur wilayah itu sehingga menyebabkan debit sungai Lawe Kinga, Lawe Alas, Lawe Bulan, Lawe Mamas dan Lawe meningkat sehingga menyebabkan beberapa tanggul sungai jebol, dengan tinggi air mencapai sekitar 1 meter.
Lanjut dia, pada Sabtu (12/10) juga terjadi longsor di Desa Kati Maju, Ketambe dan Desa Bun-Bun Alas, Leuser sehingga sempat menghambat lalu lintas.
“Kondisi terakhir air sudah mulai surut, tanggul jebol masih dalam pengerjaan dan jalan lintas Gayo Lues – Kutacanesudah bisa dilalui,” ujarnya.
Dampak material yang ditimbulkan dalam peristiwa banjir Aceh Tenggara di antaranya sejumlah titik tanggul sungai jebol, lahan perkebunan, pertanian dan perikanan warga rusak berat, oprit badan jalan tergerus air, intake dan pipa-pipa PDAM Tirta Agara rusak, hingga rumah warga dipenuhi material lumpur serta berbagai dampak lainnya.
Pemkab bersama unsur terkait telah melakukan berbagai upaya penanggulangan bencana, mulai dari mendirikan posko, menyalurkan bantuan masa panik, mendirikan pos kesehatan, normalisasi sungai, menutup tanggul sungai jebol dengan alat berat, mendistribusikan air bersih dan berbagai upaya lain.
“Selama banjir korban terdampak sebanyak 4.004 jiwa dalam 1.030 kepala keluarga. Tidak ada pengungsi, namun satu orang korban jiwa atas nama Redi (28) warga Desa Tanjug Aman Kecamatan Darul Hasanah,” ujarnya.