BANDA ACEH – Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) USK serta peneliti perilaku politik lansia, Dr. Irwan Putra, M.Pd, menilai momen debat perdana Cagub Cawagub Aceh, masih jauh dari harapan semua kalangan.
Kekurangan tersebut dinilai dari segi etika serta penerapan syariat Islam itu sendiri.
“Masih banyak celah yang harus diperbaiki,” ujar Dr. Irwan Putra.
Menurutnya, Pilkada memangidentik dengan debat. Ini karena tanpa debat, Pilkada dianggap layaknya memilih kucing dalam karung.
“Melalui debat masyarakat dapat menilai mana yang terbaik. Debat politik dimaknai sebagai ruang pertukaran ide, gagasan dan rencana bahkan kompetensi Paslon untuk meyakinkan pemilih (swing and undecided voters).”
Namun, kata Irwan, tidak jarang debat di Pilkada juga penuh ketegangan, sindiran bahkan celaan.
“Padahal sejatinya debat bukanlah ajang mempertontonkan celaan. Kita yakin bahwa sejatinya kita di Aceh kental dengan nilai-nilai syariat dan beradab, namun debat semalam (debat pertama) justru menampilan kebalikannya.”
“Ada Paslon yang mempertontonkan nilai yang kurang pantas, seperti mengejek dan mencela Paslon lain. Padahal, tema debat semalam soal syariat Islam. Jadi tema hanya sekedar panjangan semata, tapi tidak di implementasi. Ini saya harap dapat diperbaiki dalam debat kedua.”
“Ada aturan debat yang harus kembali ditegaskan,” ujarnya lagi.