Oleh Vara Agustiya. Penulis adalah mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan komunikasi UIN Ar-Raniry.
Di era globalisasi dan digitalisasi yang semakin maju, tempat kerja modern kini menjadi melting pot atau sebuah konsep yang merujuk pada lingkungan di mana berbagai generasi dan individu dengan latar belakang, preferensi, dan karakteristik yang berbeda-beda bersatu dalam interaksi yang dinamis dan produktif.
Alexis Abramson berpendapat bahwa manusia memiliki karakter sesuai dengan periode waktu dimana manusia tersebut dilahirkan, jadi menurut-nya, waktu atau periode kita lahir mempengaruhi perilaku, persepsi, nilai dan kebiasaan. Abramson membagi generasi menjadi lima kelempok, untuk kelahiran 1946-1964 masuk kedalam kategori baby boomers, kemudian untuk kelahiran 1965-1980 disebut Generasi X, Generasi Y atau dikenal dengan millenials adalah manusia atau individu yang dilahirkan pada rentang waktu 1981-1994, dan kemudian Gen-Z yang lahir pada tahun 1995-2010, sedangkan yang lahir dari rentang waktu 2011-sekarang adalah generasi Alpha.
Generasi Z adalah generasi yang sangat menghargai identitas pribadi dan pengakuan terhadap prestasi mereka. Mereka mencari pemimpin yang tidak hanya menghargai kerja keras dan dedikasi mereka tetapi juga memberikan pengakuan yang jelas dan spesifik terhadap kontribusinya. Pemimpin yang memperhatikan identitas dan memberikan jabatan atau tanggung jawab yang sesuai dengan pencapaian individu akan mendapatkan rasa hormat dan loyalitas dari generasi ini.
Generasi Z tumbuh dengan teknologi yang canggih dan terbiasa bekerja secara kolaboratif. Mereka juga sangat menghargai inklusivitas dan keberagaman. Generasi Z tumbuh dalam dunia informasi yang terus berubah. Mereka terbiasa dengan akses informasi yang cepat dan transparan. Generasi Z selalu mencari kesempatan untuk belajar dan berkembang. Mereka juga ingin tahu bahwa pekerjaan mereka memiliki makna yang lebih besar dan tujuan yang jelas. Pemimpin yang baik perlu memberikan peluang untuk belajar dan berkembang bagi anggota tim Generasi Z, baik itu melalui pelatihan formal maupun mentorship. Generasi Z sangat menghargai pengakuan dan apresiasi atas kerja keras mereka. Mereka ingin merasa dihargai dan diberi penghargaan atas kontribusi mereka dalam tim. Seorang pemimpin perlu memberikan pengakuan yang tepat bagi setiap anggota tim Generasi Z untuk memotivasi mereka dan meningkatkan rasa percaya diri.
Maka dari itu menjadi seorang pemimpin harus bisa untuk memotivasi Gen Z, penting bagi pemimpin untuk menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan mereka. Gaya kepemimpinan transformasional, yang fokus pada inspirasi dan perubahan positif, sangat efektif karena membantu Gen Z melihat bagaimana kontribusi mereka berdampak pada tujuan yang lebih besar.
Menjadi pemimpin di era gen Z harus memiliki gaya kepemimpinan, yaitu :
- Kepemimpinan Otoriter (Autokratis), Pemimpin mengambil keputusan secara tunggal dan memberikan instruksi tanpa melibatkan partisipasi tim.
- Kepemimpinan Demokratis, Keputusan dibuat melalui partisipasi kelompok, melibatkan pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan.
- Kepemimpinan Transaksional, Pemimpin menggunakan insentif dan hukuman untuk memotivasi anggota tim untuk mencapai tujuan.
- Kepemimpinan Transformasional, Pemimpin menciptakan visi yang kuat, menginspirasi dan memotivasi anggota tim untuk mencapai tujuan yang ambisius.
- Kepemimpinan Situasional, Pemimpin menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka berdasarkan situasi dan kebutuhan spesifik tim atau tugas.
Gaya kepemimpinan yang paling efektif untuk generasi Z adalah mengenai persamaan hak, afirmasi, keterbukaan komunikasi, keterlibatan dan serta selalu menyertakan inovasi, teknologi dan kreativitas didalam membangun keberlanjutan organisasi maupun keberlangsungan tim.
Menurut pendapat saya sendiri, Kepemimpinan di era Generasi Z sangat menarik karena menuntut pendekatan yang berbeda dari kepemimpinan tradisional. Generasi Z, memiliki karakteristik unik yang memengaruhi cara mereka berinteraksi dan bekerja. Mereka cenderung lebih individualistis, tetapi juga sangat kolaboratif ketika dilibatkan secara bermakna. Mereka menghargai transparansi, kejujuran, dan feedback yang jujur dan konstruktif. Kepemimpinan yang efektif di era ini haruslah adaptif dan inklusif. Para pemimpin perlu memahami nilai-nilai Generasi Z dan menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka agar sesuai. Namun, tidak semua anggota Generasi Z sama. Ada keragaman dalam nilai-nilai dan preferensi mereka. Oleh karena itu, pemimpin perlu mengembangkan kemampuan untuk memahami dan merespon kebutuhan individu dalam tim mereka. Kepemimpinan yang efektif di era Generasi Z bukanlah tentang mengadopsi satu gaya kepemimpinan tertentu, melainkan tentang kemampuan untuk beradaptasi dan berinovasi dalam merespon kebutuhan dan karakteristik unik dari setiap individu dan kelompok. Dan pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu menginspirasi, memberdayakan, dan mengarahkan potensi besar yang dimiliki oleh Generasi Z.