KUTACANE – Pupuk subsidi pemerintah jenis Urea kembali langka di Kabupaten Aceh Tenggara. Kelangkaan tersebut sudah berlangsung sejak awal juli 2019. Seperti diungkapkan RK (30), petani jagung warga Desa Lawe Sagu Hulu, Kecamatan Lawe Bulan, Aceh Tenggara.
“Sudah dua bulan susah pupuk urea, kalau kita beli dipengecer tidak ada, yang ada hanya urea non subsidi”, ujarnya, Kamis (22/8/2019).
Menurut RK, sebagai petani jagung, dirinya sangat membutuhkan pupuk jenis urea tersebut untuk menyuburkan tanaman. Kelangkaan pupuk urea ini membuatnya khawatir tanaman jagungnya tidak berproduksi maksimal sehingga berpotensi gagal panen.
RK menambahkan, untuk mengatasinya, ia harus mengeluarkan kocek lebih dalam untuk membeli pupuk urea non subsidi yang dijual seharga Rp 250 ribu/sak (50 Kg). Harga urea non subsudi ini jauh lebih mahal dari urea subsudi yang biasa dijual pengecer seharga Rp 100 ribu/sak.
“Ya, mau tidak mau harus beli urea yang non subsidi, harganya Rp 250 ribu/sak. Kalau yang subsidi biasa dijual Rp 100 ribu/sak (50 Kg),” ujar RK.
Dalam sekali tanam, tanaman jagung milik RK yang mempunyai luas lahan satu hektar membutuhkan sekitar 10 sak (500 Kg) pupuk urea.
Tidak hanya petani jagung, kesulitan pupuk ini diduga menimpa banyak petani lainnya di Kabupaten Aceh Tenggara.
Hasil pantauan wartawan disejumlah toko pertanian di pasar Inpres, Kota Kutacane, dari tiga toko pertanian yang biasa menjual urea subsidi mengaku sejak awal 2019, mereka tidak mendapatkan pasokan dari distributor.
“Yang subsidi kosong bang, yang ada urea non subsidi. Sejak awal 2019 toko kita tidak mendapat pasokan dari distributor,” ujar salah seorang penjaga toko di Jalan Kenari, pasar Inpres Kutacane.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh Tenggara, Irfan Iskandarsyah yang dikonfirmasi via messengger miliknya, tidak menjawab pertanyaan wartawan, meski sudah membaca isi pesan.[]
Laporan: Sapti Andri