KIOS itu terbilang ramai pada Sabtu sore 31 Agustus 2019. Jam menunjukan pukul 15.34 WIB. Pelanggan yang biasanya 4 hingga 5, hari ini mencapai 11 orang.
Empat di antaranya adalah pemuda. Mereka duduk semeja di tengah-tengah ruangan. Lainnya adalah para lelaki paruh baya dan duduk berpencar. Mereka terlihat santai menyeduh kopi masing-masing sambil menikmati angin sepoi-sepoi pantai Simeulue.
“Siapa namanya tadi?” ujar lelaki paruh baya di sudut kiri warung tiba-tiba.
Kulitnya sawo matang. Ia memakai baju kaos berwarna putih bergaris hitam. Urat-urat tangannya terlihat jelas dari kejauhan.
“Denfinal, pak,” jawab seorang pemuda tak jauh dari lelaki tadi. Mereka hanya berselang dua meja. Sementara 3 lainnya tersenyum ke arah lelaki paruh baya tadi. Lelaki tadi kemudian mengelutuk dalam bahasa Simeulue. Entah apa yang dikatakannya.
“Beraninya di Jakarta aja dia. Cari gara-gara,” kata lelaki paruh baya tadi dalam bahasa Aceh. Belakangan dia mengaku bernama Ibrahim, asal Bireuen dan sudah menetap di Simeulue lebih dari 20 tahun. Istri Ibrahim kelahiran Simeulue.
Denfinal yang dimaksud tadi adalah Ketua masyarakat Simeulue di Jakarta atau Himas. Pernyataannya yang anti GAM ikut berhembus dengan cepat hingga ke Simeulue. Ibrahim mengaku baru mengetahui hal tadi pada hari ini.
Dari 4 warung yang dikunjungi oleh atjehwatch.com hari ini, semuanya membahas soal Denfinal. Padahal, sehari sebelumnya, topik pembahasan masih seputar video Erly Hasyim dan konfliknya dengan wakil bupati pasca penahanan Darmili.
“Saya bukan GAM. Tapi setidaknya hargailah apa yang mereka perjuangkan. Siapa tadi..dia tidak ngerti perjuangan Aceh,” kata Ibrahim.
“Bagus juga bupati cepat respon,” kata pria lainnya, Ridwan. Ia duduk berjarak 4 meja dari Ibrahim.
+++
Statemen Denfinal memang menyebar cepat ke Aceh.
“Kami warga Simeulue sangat mencintai NKRI dan kami tidak suka Gerakan Aceh Merdeka (GAM), karena GAM yang memecah belah persatuan dan kesatuan,” kata Denfinal seperti keterangan diterima Harian Terbit, Kamis 29 Agustus 2019, dan dikutip atjehwatch.com, Jumat 30 Agustus 2019.
Bukan itu saja, kepada harianterbit.com, pria 52 tahun ini menjelaskan ketidaksukaannya terhadap prinsip yang dijalankan GAM. Lantaran, GAM dianggap mengadudomba dengan asas persatuan dan kesatuan.
“Terutama dengan saudara-saudara kami yang NKRI. Kami juga berharap pihak kepolisian dan TNI mengambil tindakan keras jika ada ulah dari pihak GAM. Bagi kami GAM harus dimusnahkan dari bumi Aceh, karena GAM yang menurunkan peradaban derajat Aceh sendiri,” tambahnya sebagaimana ditulis Harian Terbit.
Di Simeulue, Erly Hasyim selaku bupati, langsung memanggil para wartawan untuk memberi keterangan pada Jumat 30 Agustus 2019.
“Kita himbau kepada seluruh warga Simeulue yang berada di seluruh Aceh agar tidak panik dan khawatir terkait berkembangnya isu yang dinyatakan Denfinal,” kata Erly Hasim kepada LintasAtjeh.com, Jum’at 30 Agustus 2019.
Erly Hasim berharap kepada seluruh mantan GAM agar bisa memilah, terkait pernyataan Denfinal tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan warga Simeulue dimanapun dan itu resiko dia sendiri.
“Denfinal bukan Ketua HIMAS yang sah, jadi segala pernyataannya tentang GAM bukan atas nama warga Simeulue manapunun. Itu pernyataan murni dari dirinya pribadi dan tidak ada kaitannya dengan warga Simeulue,” tandasnya.
Kecaman serupa kemudian hadir dari sejumlah lembaga dan para pengiat organisasi di Simeulue untuk Denfinal. Pembahasan warga di warung kopi pun turut berubah. Dari video Erly Hasyim beralih ke pernyataan Denfinal.
Denfinal sendiri, mengatakan statemennya soal GAM dipelintir media. Sayangnya, statemen tersebut sudah terlanjut viral dan kemudian dirinya dikecam oleh para mantan kombatan dan warga di seluruh Aceh, termasuk Simeulue.
“Dipelintir media. Kemudian dimanfaatkan Erly Hasyim (bupati Simeulue-red) untuk menyerang pribadi saya,” kata Denfinal saat dihubungi atjehwatch.com dari Banda Aceh, Jumat malam 30 Agustus 2019.
“Tahukan kasusnya yang video itu? Saya orang yang menentang dia karena kasus itu,” ujar Denfinal lagi kepada atjehwatch.com.
Denfinal mengaku sudah meminta maaf walaupun ia tidak pernah mengucapkan kata kata seperti ditulis media salah satu terbitan nasional itu.
“Saya merasa sangat disudutkan,” katanya lagi.
+++
Baik Ibrahim maupun Ridwan mengaku bukan pendukung Erly Hasyim. Keduanya bahkan tak setuju dengan prilaku Erly seperti yang terekam dalam video dan menyebar luas di tengah-tengah masyarakat Simeulue.
“Tapi kali ini, apa yang dikatakan pak bupati benar. Denfinal membuat ulah dan provokasi,” kata Ibrahim. Ia menarik dalam-dalam rokoknya yang tinggal separuh.
“Orang Jakarta itu (Denfinal-red) cari sensasi,” ujar Ridwan lagi.
Laporan Yusuf Rahmadi dari Simeulue