BENTANGAN hutan menjadi pemandangan eksotis di sungai Singkil-Kuala Baru. Inilah “Amazone” Indonesia yang sedang diperbincangan di media sosial, namanya Lae Trup, sungai yang dilitasi Pokdarwis Kuala Baru bersama dengan Atjehwatch Jumat, 01 November 2019.
Menggunakan robin (perahu bermesin) kami menyisir sungai Kuala Baru ini. Seraya berjalan, memandang kekiri dan kanan, pemandangan seperti hutan panjang yang mengelilingi sungai. Sungguh mata tertegun, udara sejuk dengan pemandangan hutan hijau nan luas, menambah khas Alam Singkil yang mempesona.
Dalam perjalanan itu, arus sungai tidak terlalu deras sehingga tidak perlu was-was menggunakan perahu bermesin dengan kecepatan 40 hingga 60 km/jam.
Perasaan kian seru ketika tim menerobos terowongan kecil Banda Sampik, begitu warga menyebutnya. Disitu akan terlihat berbagai macam hewan dilindungi seperti monyet, burung, dan buaya. Bukan hanya itu, keterangan warga–di dalam hutan sekitar Banda Sampik juga ditemui mawas, harimau, rusa dan bahkan lebah madu.
Banda Sampik memiliki lebar 3 meter dengan panjang 2 kilometer. Kawasan ini punya nilai horor karena bisa menjadi tempat wisata ektrim.
Laju Robin melewati Banda Sampik, langsung bertemu Simpang Sondol atau dikenal dengan panggilan “Nah”. Lokasi ini berbeda dengan Banda Sampik, karena yang terlihat berjejer panjang adalah ribuan pohon nipah. Buah pohon ini bergelantungan hingga menyentuh air sungai, sangat menggoda hati untuk memetiknya. Tentu, pohon nipah ini tidak bertuan, tumbuh secara alami. Diantara Nipah, terlihat pula pohon nibung yang berjibun, dengan duri-duri berwarna hitam. Nibung ini memiliki ketinggian 5 sampai 7 meter, juga tidak bertuan.
Jangan heran, bertemu sungai Kuala Baru awalnya akan terlihat air sungai berwarna kekuning-kuningan, itu saat melewati sungai Singkil. Air sungai Kuala Baru berwarna hitam pekat seperti coca cola. Airnya tidak berbau dan juga tidak kotor, berbagai macam jenis ikan hidup dalam sungai ini. Warna hitam itu berasal dari hutan gambut yang ada di sekitar sungai.
“Ini airnya hitam, tapi bersih. Beda dengan warna sungai pas kita di Singkil agak kekuning-kuningan. Hitam karena rawa gambut,” ujar Sarbaini, Ketua Pokdarwis Kuala Baru, atau sering disapa Tgk Agam Kuala.
Didarat seputaran sungai, dijarak 2 kilometer masih terasa aroma rawa. Suasana aroma ikut ditemani suara burung yang berkicauan di hutan luas. Di sini juga terdapat 2 buah anak danau, sama sekali belum disentuh sama sekali. Danau ini dengan lebar sekitar 70 meter ini sering didatangi awak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Kreditancslalt fur wiedewafbau (KFW), dan masyarakat setempat.
Wisata
Potensi alam Kuala Baru, Amazon Singkil atau Lae Trup cocok digunakan sebagai pendongkrak wisata di Aceh Singkil selain Pulau banyak.
Bukan hanya itu, danau Kuala Baru menjadi objek destinasi seusai melintas dari Banda Sampik. Suasana seakan memasuki perkampungan terpencil yang unik. Apalagi hutan rawa Singkil, menjadi penompang pariwisata di sekitar Kuala Baru.
“Hutan harus kita jaga, kita lestarikan. Untuk kita rawat dan berkawan dengan hutan cocok buat wisata” kata Tgk Agam Kuala.
Teungku Agam Kuala mengatakan, di Kecamatan Kuala Baru belum ada pariwisata, padahal pariwisata akan berdampak positif untuk kemajuan Kuala Baru. Selama ini orang jarang berkunjung di Kuala Baru, sehingga Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kuala Baru akan menyusun rencana dan program mematangkan rencana parwisatanya.
“Program Pokdarwis akan menghidupkan wisata di Kuala Baru. Dan kita berdayakan potensi disekitar,” tutup Teungku Agam Kuala.
Sungai Singkil saat ini termasuk sungai terpanjang di Aceh. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, Sungai Singkil memiliki 10,090,13 kilometer persegi, dan bila sunggai ini sampai ke sungai Alas. [Mz77)
Laporan Muiza di Singkil