SIGLI – Para orangtua dan tokoh masyarakat di Pidie berharap pendidikan di sekolah sekolah dalam lebih menekan pada kearifan lokal serta muatan lokal yang menjadi kekhususan Aceh.
Hal ini disampaikan sejumlah warga dalam reses yang digelar oleh Ketua DPRK Pidie, Mahfuddin Ismail, di Dapil 3 Pidie, Senin 4 November 2019.
“Jadi warga meminta agar ada materi tambahan untuk muatan lokal di sekolah sekolah. Ada pendidikan agama, kearifan lokal tentang lingkungan serta sejarah Aceh,” kata pria yang akrab disapa Mahfud ini.
Soal sejarah misalnya, kata Mahfud, para orangtua berharap sejarah Aceh mendapat porsi yang lebih besar. Tujuannya, agar siswa mengetahui seluk beluk tentang Aceh.
“Selama ini porsi sejarah Aceh terlalu kecil di buku sejarah Indonesia. Padahal Aceh memiliki latar sejarah yang kaya serta panjang. Porsi ini harusnya bisa ditambah dalam muatan lokal,” katanya.
Salah satunya, kata politisi Partai Aceh, sejarah kesepakatan damai antara Aceh dan RI yang tertuang dalam MoU Helsinki.
“Pidie itu daerah basis perjuangan. Jadi anak anak kita perlu mengetahui soal perjuangan dahulu, seperti apa yang diperjuangkan, apa isi MoU Helsinki serta apa efeknya yang dirasakan masyarakat sekarang.”
“Termasuk kalau bisa, ada dua jam dalam setiap pekan untuk khusus materi tentang perdamaian Aceh seperti perjanjian Mou Helsinki. Tujuannya agar generasi Aceh masa depan tahu dan mengerti tentang sejarah perjuangan para orang tua mereka terdahulu,” kata Mahfud.