Jakarta – Presiden Donald Trump dilaporkan menyetujui pasukan AS untuk ekspansi pendudukan ladang minyak Suriah di wilayah timur.
Tindakan presiden AS menimbulkan sejumlah pertanyaan hukum tentang apakah pasukan Amerika dapat melancarkan serangan terhadap Suriah, Rusia atau pasukan lainnya jika mereka mengancam minyak.
Dikutip dari The Independent, 7 November 2019, setelah bertemu dengan para pemimpin departemen pertahanan pada hari Jumat, Trump memutuskan untuk memberi perintah agar pasukan AS mempertahankan petak besar tanah yang dikuasai oleh milisi Kurdi Suriah yang membentang dari Deir Ezzor ke al-Hassakeh.
Keputusan itu kontradiktif pada rencana terkait ratusan tentara AS yang masih ada di Suriah, meskipun Trump berjanji untuk membawa lebih dari 1.200 tentara Amerika keluar dari negara itu.
Ini juga bisa memaksa pengacara di Pentagon untuk membuat perintah untuk pasukan AS yang akan melegalkan tindakan balasan jika pemerintah Suriah dan Rusia mencoba mengambil kembali fasilitas minyak negara itu.
“Mempertaruhkan nyawa pasukan kita untuk menjaga kilang minyak di Suriah timur tidak hanya sembrono, itu tidak sah secara hukum,” kata Senator Tim Kaine, Demokrat dari Virgina.
“Presiden Trump mengkhianati sekutu Kurdi kita yang telah berperang bersama tentara Amerika dalam pertempuran untuk mengamankan masa depan tanpa ISIS, dan alih-alih memindahkan pasukan kita untuk melindungi ladang minyak.”
Pentagon belum mengungkapkan berapa banyak pasukan akan tetap di Suriah. Namun para pejabat menyatakan total 800 pasukan AS yang masih ditempatkan di Suriah.
Dikutip dari RT.com, total sekitar 800 tentara akan ditempatkan di Suriah, dengan sekitar 600 personel di timur laut yang dikuasai Kurdi ditambah 200 tentara saat ini disiagakan di al-Tanf di selatan, kata pejabat anonim.
Pasukan AS akan menempati area besar, kaya minyak yang membentang 150 km dari Deir ez-Zor ke al-Hasakah, ketika pemerintahan Trump mengumumkan pada Selasa.
Sementara media Turki melaporkan AS sedang membangun dua pangkalan militer baru di Deir ez-Zor, menunjukkan Trump sedang bersiap untuk jangka panjang. Satu pangkalan, dekat kota Rmelan di provinsi al-Hasakah, dilaporkan terletak di dekat 1.300 sumur minyak seluas 4 km persegi.
Para pejabat mengatakan persetujuan perintah tidak termasuk “mandat” untuk mengambil minyak Suriah, sementara Menteri Pertahanan AS Mark Esper menghaluskan kata-kata Trump bahwa pasukan AS hanya mengamankan ladang minyak Suriah dari ISIS, meskipun Trump telah menyatakan kelompok teror dikalahkan.