Jakarta -Hobi kadang kala bisa menghilangkan keterbatasan asal ada niat. Inilah yang dilakoni 5 orang biker dari Aceh yang rela menabung selama setahun untuk ikut meramaikan gelaran Honda Bikers Day 2019 di Lapangan Panglima Besar Jenderal Soedirman Ambarawa Sabtu 30 November 2019. “Kami menabung setahun untuk mengumpulkan uang dengan bekerja di cafe,” kata Murdani, anggota Beat One Heart Aceh.
Tentu saja uang tersebut belum tentu cukup. Pemuda berusia 22 tahun ini juga mengandalkan rekan-rekan dari komunitas untuk menginap selama perjalanan dari Aceh hingga ke Ambarawa. “Tak hanya menginap saja, kami juga minta petunjuk ke rekan komunitas untuk menuju tujuan,” kata Dani panggilan Murdani yang baru pertama kali hadir di ajang HBD.
Untungnya selama perjalanan, Dani bertemu dengan rekan Aceh lainnya yang memiliki tujuan yang sama ke HBD yaitu Darul Ambia dari Scoopy Aceh Tamiang yang saat itu bersama dua rekannya. Mereka bertemu di Pekanbaru. Darul yang pernah datang ke acara HBD 2017 di Gunung Kidul menjadi petunjuk jalan bagi Dani dan rekannya. Darul mengungkapkan kehadirannya ingin bertemu rekan dari komunitas daerah lain. “Kami ingin jumpa teman diluar Aceh. Mencari saudara tanpa KK (Kartu Keluarga) itu ada. Kami buktikan sekarang itu memang ada,” ujarnya.
Darul berangkat dari Aceh pada 12 November 2019 dan tiba di Semarang pada 28 Oktober atau 2 hari sebelum pelaksanaan HBD. Adapun Dani berangkat satu hari sesudahnya. Perjalanan menuju ke Ambarawa tak semudah dibayangkan, saat berada di Pekanbaru motor Dani rusak karena terperosok di kubangan. Ia pun terpaksa membawa motornya untuk bongkar mesin. “Kami sempat sedih mengalami kerusakan. Tapi kami tak lelah cari bengkel dan bongkar mesin,” ujarnya.
Selama perjalanan tercatat keduanya dua kali masuk bengkel untuk perbaikan maupun servis yaitu di Pekanbaru untuk ganti oli dan kipas. Yang kedua di Palembang untuk perawatan rutin selama perjalanan. Hal itu dengan pertimbangan medan yang dilewati di jalanan Pulau Sumatera bisa dibilang ekstrim dibandingkan jalanan di Pulau Jawa.
Kelima pemuda ini memilih perjalanan malam hari dengan alasan menghindari kemacetan dan terik panas yang menguras stamina. Biasanya mereka memacu kendaraan selama 4-5 jam, kemudian diselingi beristirahat selama satu hingga dua jam. “Kami tak khawatir begal, ya karena kami melakukan ini pertama kali jadi tidak tahu soal begal,” ujarnya.