SOSOK satu ini mungkin tak asing bagi warganet Aceh. Terutama pengguna social media Facebook dan Instagram.
Ia adalah Khairul Fahmi atau lengkapnya Aipda Khairul Fahmi SH, personil Satlantas Polresta Banda Aceh, yang dikenal aktif dalam berbagai kegiatan social.
Kepedulian social yang tinggi dari pria kelahiran 5 Mei 1982 di Pidie ini membuat sosok tersebut disenangi sejumlah kalangan.
Ia dekat dengan pekerja social, pengurus Ormas, OKP, serta ekskombatan.
“Saya merasa terpanggil saja. Memakai pakaian Polri bukan hanya soal menegakan aturan, tapi juga mengayomi masyarakat,” kata pria yang akrab disapa Fahmi kepada atjehwatch.com di salah satu Warkop di Darussalam, akhir pekan lalu.
Fahmi kemudian menceritakan soal perjalanan hidupnya. Fahmi mengatakan bahwa ia merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara.
“Saya sekolah dasar di MIN Cot Geulumpang, Kecamatan Geulumpang Baro Pidie. Saat kelas 1, saya tak naik kelas. Padahal saat itu, ayah saya adalah kepala sekolah. Beliau sekarang sudah almarhum. Nama ayah saya Abdul Muthaleb Harun,” kenang Fahmi.
Mengenang cerita ini, Fahmi terlihat tersenyum. Dulu ia mengaku kesal karena tak naik kelas. Padahal, orangtuanya adalah kepala sekolah.
“Kalau sekarang, saya justru bangga kepada almarhum ayah. Artinya, ia tak menggunakan jabatannya agar anaknya naik kelas atau saya. Karena saya memang tak mampu saat itu,” ujar Fahmi.
Konflik yang melanda Aceh, membuat Fahmi hijrah ke Banda Aceh. Ia kemudian sekolah di MAN 1 Banda Aceh serta lulus tahun 2002. Ia kemudian melanjutkan studi ke Tarbiyah IAIN Ar-Raniry.
“Saat itu saya juga bergabung dengan Menwa IAIN Ar-Raniry. Sambil kuliah, saya juga ikut tes polisi, alhamdulillah lulus. Karena lulus dan harus menjalani pendidikan di SPN Seulawah, saya terpaksa mundur dari Tarbiyah. Padahal sudah banyak kawan di sana,” kata Fahmi.
Berstatus sebagai anggota Polri, tak membuat Fahmi lupa akan pendidikan tinggi. Ia kemudian kembali mendaftar di Fakultas Hukum Abulyatama.
“Jadi title SH itu di sana.”
Bagi Fahmi, pendidikan adalah pondasi dalam membentuk karakter seseorang. Demikian juga pengalaman hidup.
“Saat hidup kita susah, kemudian diberi sedikit rejeki, biasanya seseorang akan lebih arif dan bijaksana. I ni yang saya rasakan. Makanya saya mau berteman dengan siapa saja, serta terdorong untuk membantu mereka yang membutuhkan. Ya, semampu saya. Seperti penggalangan dana. Tak ada uang, ya dengan jadi relawan penggalangan dana,” kata Fahmi tersenyum.
Fahmi memang kerap terlibat dalam sejumlah aksi penggalangan dana. Ini semua dilakukannya di sela-sela bertugas sebagai aparat penegak hukum. Fahmi terlibat di aksi penggalangan dana untuk Palestina bersama pemuda Kahju, pesisir Aceh Besar, desa yang menjadi tempat tinggalnya kini.
Sosok ini juga terlibat aksi kemanusiaan anak-anak terlantar serta sejumlah aksi social lainnya. Terakhir, ia bersama anggota Satlantas Polresta Banda Aceh, juga tergerak untuk menggalang dana bagi Nurfadhillah, wanita muda yang mengalami kelumpuhan selama 8 tahun di Aceh Timur.
“Saya berpikir, jika saya dalam posisi mereka, apakah ada yang mau membantu? Atau orang-orang hanya merasa prihatin saja. Makanya saya terdorong untuk bergerak. Alhamdulillah, ternyata perhatian untuk buk Nurfadhillah ternyata besar,” kata suami dari Dewi Fitriana SPd dan ayah dari tiga orang anak ini.
Selain kegiatan social, Aipda Khairul Fahmi SH, juga terlibat dalam kegiatan olahraga serta kegiatan kepemudaan di Kahju.
“Kita ini mahkluk social, tak bisa hidup sendiri. Hari ini kita tolong orang, esok atau lusa, kita mungkin yang butuh pertolongan. Di luar itu, ini juga investasi untuk akhirat nanti,” ujarnya sambil tersenyum.